Rabu, 04 Januari 2017

ANALISIS NILAI-NILAI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA



LAPORAN HASIL PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk mengikuti ujian semester genap
Tahun 2011/2012 SMA Negeri 2 Barru

                                                               OLEH :
ANDI FEBRIANTY RAMADHANI
NIS : 10013

SMA NEGERI 2 BARRU
TAHUN PELAJARAN 2011/2012


PERSETUJUAN PEMBIMBING

Karya tulis dengan judul : ANALISIS NILAI-NILAI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA
Atas nama Saudara
            Nama                           : ANDI FEBRIANTY RAMADHANI
            NIS                             : 10013
            Kelas/ Jurusan             : XI IPA 1
Setelah diperiksa/diteliti ulang, telah memenuhi persyaratan untuk menjadi laporan penelitian dan presentasikan di depan pengurus KIR.

Barru,              2012


Pembimbing :
Faisyal Yunus, S.Pd.                                                                           ………………….




LEMBAR PENGESAHAN
Judul                           : ANALISIS NILAI-NILAI KESENIAN DAN   KEBUDAYAAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA

Nama                           : ANDI FEBRIANTY RAMADHANI
NIS                              : 10013
Kelas/ Jurusan             : XI IPA 1
                                                Barru, Mei 2012
Disetujui
Pembimbing Karya Tulis                                                Pembina KIR SMAN 2 Barru


Faisyal Yunus, S.Pd.                                                  Jamal Passalowongi, S.Pd.,M.Pd.
                                                                                       NIP : 19750212 200604 1 006
Mengetahui
Kepala Sekolah SMA Negeri 2 Barru


Drs. Muhammad Abidin, M.Pd.
NIP :19601114 198411 1 002
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
                                    BERANGKAT DENGAN PENUH KEYAKINAN
BERJALAN DENGAN PENUH KEIKHLASAN
ISTIQOMAH DALAM MENGHADAPI COBAAN

“ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “






                                    Karya tulis ini kupersembahkan
Untuk  ibu, bapak serta tanteku di rumah, kakak dan adikku, beserta sahabat dan teman seperjuanganku yang berada di SMA NEG. 2 BARRU maupun diluar sana yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasi sejak saya di lahirkan di bumi ini hingga dewasa seperti ini.
ABSTRAK
Andi Febrianty Ramadhani, lahir di Ujung Pandang pada tanggal 26 Februari 1995 yang melakukan penelitian pada tahun 2012, dibimbing oleh Faisyal Yunus, S.Pd. Pada penelitian ini yang membahas mengenai Karya Ilmiah. ANALISIS NILAI-NILAI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA” pada SMA Neg. 2 Barru.
Permasalahan pokok yang diangkat dalam laporan ini yakni apa saja nilai-nilai kesenian dan kebudayaan, bagaimana kesenian dalam membentuk kepribadian remaja, serta bagaimana kebudayaan dalam membentuk kepribadian remaja. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui apa saja yang termasuk nilai-nilai kesenian dan kebudayaan, cara kesenian dalam membentuk kepribadian remaja serta cara kebudayaan dalam membentuk kepribadian remaja.
Metode yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah dengan melakukan studi pustaka, dengan mengumpulkan berbagai sumber atau bahan-bahan tentang hubungan kebudayaan, kesenian, dan kepribadian dimana tujuannya agar dapat dijelaskan tentang peranan penting kesenian dan kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian. Kesenian dan kebudayaan merupakan pedoman penting yang harus kita teladani dalam pembentukan kepribadian, contoh Budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Sedangkan melalui Kesenian berbagai kemampuan dasar manusia seperti fisik, perseptual, pikir, emosional, kreativitas, sosial, dan estetika dapat dikembangkan.
Hasil dari penelitian ini antara lain, karya ilmiah yang berjudul analisis nilai-nilai kesenian dan kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian ini membahas tentang betapa pentingnya kesenian dan kebudayaan yang berperan dalam pembentukan kepribadian, yang terkadang sering dianggap biasa oleh masyarakat. Serta menganggap kesenian dan kebudayaan hanyalah sebagai hal yang tidak memiliki arti penting.
Kesimpulan dari penelitian ini yaitu, kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.Setiap kebudayaan memberikan pengalaman terhadap kepribadian tiap–tiap individu yang tumbuh di daerahnya dan pengalaman masyarakat atau kebudayaan akan membentuk suatu metode kepribadian atau karakter seseorang dalam bermasyarakat. Peran Kesenian dalam membentuk kepribadian bersifat multidimensional, multilingual, dan multikultural. Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi diperlukan pengembangan kemampuan dalam berbahasa visual, rupa, bunyi dan gerak yang dihasilkan dari kesenian itu sendiri.Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan  yang ada berkaitan dengan peranan kebudayaan dalam membentuk kepribadian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Dengan tekad yang kuat dan rasa tanggung jawab akhirnya karya ilmiah ini dapat disusun guna melengkapi tugas Bahasa Indonesia. Dengan kerja keras dan dukungan dari berbagai pihak, penyusun berusaha untuk dapat mencapai hasil yang sebaik mungkin meski dalam penyusunan karya ilmiah ini menghadapi berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan terbatasnya waktu.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Jamal Passalowongi, S.Pd.,M.Pd., selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia, atas kesempatan dan bimbingan yang diberikan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Faisyal Yunus, S.Pd. selaku pembimbing penulis dalam penulisan karya ilmiah ini, yang telah membimbing penulis agar dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua rekan serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini.  Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan ataupun materi, karenanya kritik dan saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga apa yang disajikan dalam karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan  dan dapat membantu pembaca dalam hal pengetahuan tentang kesenian dan kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian.

                                                                                                Lajulo, 25 April 2012

                                                                                       Penulis










                                                       DAFTAR ISI         
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii
ABSTRAK...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR ISI................................................................................................ viii
BAB I PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG......................................................................... 1
B.     RUMUSAN MASALAH..................................................................... 2
C.     TUJUAN PENELITIAN...................................................................... 3
D.    MANFAAT PENELITIAN.................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI
          LANDASAN TEORI............................................................................. 4
BAB III
A.    PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN.................................. 18
B.     WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN.......................................... 20
C.     TEKNIK PENGUMPULAN DATA................................................. 20
D.    ANALISIS DATA............................................................................. 22
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.    NILAI-NILAI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN...................... 24
B.     PERAN KESENIAN TERHADAP PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN ............................................................................... 26
C.     PERAN KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN ............................................................................... 30
BAB V PENUTUP
A.    SIMPULAN........................................................................................ 36
B.     SARAN............................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 38









BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Budaya merupakan kebiasaan-kebiasaan manusia yang ada sejak manusia pertama hadir di muka bumi ini. Kebudayaan manusia memang mengalami perubahan-perubahan pada setiap komunitas tertentu. Ada suatu saat ketika suatu komunitas mengalami pergeseran budaya akibat adanya interpensi dari budaya besar yang mengakibatkan kebudayaan itu tergusur karna adanya kebudayaan besar tersebut, inilah yang disebut penetrasi kebudayaan. Kebudayaan besar itu menjadi hegemoni atau kekuatan besar yang mampu menggulung kebudayaan-kebudayaan kecil yang ada di sekelilingnya. Saat ini masyarakat dunia di hegemoni oleh kekuatan besar oleh kebudayaan barat, kebudayaan barat lahir dari nilai-nilai hedonis, lahir dengan nilai-nilai prakmatis dan lahir dari nilai-nilai yang menghilangkan aspek religius  dalam kebudayaannya. Lahirnya kebudayaan barat dimulai dari sikap individualis yang memberikan makna kebebasan yang di mulai dari zaman renaisans di Eropa pada abad ke-16 ketika msyarakat Eropa mulai mengedepankan apa yang disebut dengan kebebasan berpikir serta kebasan berkehendak. Sikap inilah yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan Eropa (barat) yang menghilangkan nilai-nilai agama dalam konsep ilmu pengetahuannya. Kebudayaan barat di satu sisi melahirkan kemajuan yang sangat spektakuler, di sisi lain memiliki sifat menghancurkan, salah satunya adalah dekradasi moral. Kebudayaan barat saat ini merupakan patron dari kebudayaan-kebudayaan kecil lainnya di seluruh dunia sehingga kebudayaan-kebudayaan kecil itu mengikut secara hegemoni kebudayaan barat tersebut.
      Demikian halnya dengan Indonesia yang memiliki beragam budaya yang luhur yang merupakan citra nenek moyang bangsa Indonesia yang bersifat religius. Dimana kebudayaan besar itu mudah mempengaruhi kebudayaan yang ada di Indonesia. yang paling melekat pada kebudayaan yang masuk ke Indonesia sangat dipengaruhi oleh 3 f yakni food, fashion, dan fun. Ini disebabkan oleh perilaku manusia yang selalu ingin sesuatu yang instan sehingga kebudayaan barat mudah sekali masuk ke negara-negara lain khususnya Indonesia. Sesuatu yang instan akan menimbulkan dampak yang negatif khususnya pada pembentukan kepribadian remaja saat ini.
B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka ada beberapa pertanyaan terkait dengan analisis nilai-nilai kesenian dan kebudayaan daerah terhadap pembentukan kepribadian, yaitu:
1.      Apa saja nilai-nilai kesenian dan kebudayaan?
2.      Bagaimana kesenian dalam membentuk kepribadian remaja?
3.      Bagaimana kebudayaan dalam membentuk kepribadian remaja?
C.    Tujuan
Berangkat dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk:
1.      Mengetahui apa saja yang termasuk nilai-nilai kesenian dan kebudayaan.
2.      Megetahui bagaimana cara kesenian dalam membentuk kepribadian remaja.
3.      Mengetahui bagaimana cara kebudayaan dalam membentuk kepribadian remaja.
D.    Manfaat
Dari tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitian yaitu penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang baik bagi :
1.      Peneliti, untuk mengetahui bagaimana kesenian dan kebudayaan dalam membentuk kepribadian remaja.
2.      Keilmuan, diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran, khususnya tentang seperti apa kesenian dan kebudayaan dalam membentuk kepribadian.
3.      Bagi Dinas Pariwisata menjadi masukan dalam rangka mengembangkan bidang kesenian dan kebudayaan daerah masing-masing terhadap pembentukan kepribadian remaja daerahnya.

BAB II
KAJIAN TEORI
Kesenian, Kebudayan, dan Kepribadian
1.      Kesenian
Kata "seni" adalah sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata "sani" artinya "jiwa yang luhur/ ketulusan jiwa". Dimaknai dengan keberangkatan orang/seniman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian ilmu di Eropa mengatakan "art" (artivisial) yang artinya barang/ atau karya dari sebuah kegiatan.
Berdasarkan penelitian para ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada sekitar 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya lukisan yang berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia purba dengan manusia modern adalah terletak pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni/penanda kebudayaan pada masanya adalah semata-mata hanya untuk kepentingan sosioreligi atau manusia purba adalah figur yang masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia modern membuat karya seni/penanda kebudayaan pada masanya digunakan untuk kepuasan pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya. Dengan kata lain manusia modern adalah figur yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai cakrawala berpikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian pada zaman dahulu selalu ditandai dengan kesadaran magis, karena memang merupakan awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam
Pada awalnya seni diciptakan untuk kepentingan bersama atau milik bersama. Karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua tidak pernah menunjukkan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari masa lalu seperti bangunan atau artefak di Mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia sendiri.
Dalam sejarah seni terjadi banyak pergeseran. Sejak renaisans atau bahkan sebelumnya, basis-basis ritual dan kultis dari karya seni mulai terancam akibat sekularisasi masyarakat. Situasi keterancaman itu mendorong seni akhirnya mulai mencari otonomi dan mulai bangkit pemujaan sekular atas keindahan itu sendiri. Dengan kata lain fungsi seni menjadi media ekspresi dan setiap kegiatan berkesenian adalah berupa kegiatan ekspresi kreatif dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru, yang unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya posisi karya seni menjadi individualistis.
Seni pada perkembangannya di zaman modern mengalami perubahan atau pembagian yakni seni murni atau seni terapan yang lebih jauh lagi seni dan desain oleh seorang tokoh pemikir kesenian yang oleh orang tuanya di beri nama Theodor Adorno di beri nama "seni tinggi" untuk seni murni dan "seni rendah" untuk seni terapan atau desain. Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan sebuah karya seni/murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Adorno menganggap seni harus berbeda dengan benda lain, ia harus mempunyai "sesuatu". Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan oleh seorang produsen.
Terakhir kita menuju pada zaman post-moderen/kontemporer. Di zaman kontemporer ini bentuk kesenian lebih banyak perubahannya baik secara kebendaan atau kajian estetiknya, yang lebih dahsyat lagi landasan logikanya.
Di era Kontemporer ini aturan-aturan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dulunya karya seni itu harus menyenangkan, sekarang malah bisa sebaliknya. Yang dulunya karya seni itu setidaknya masih mempertimabangkan etika sosial, etika agama atau etika-etika yang lain, namun sekarang itu bisa jadi hanya sebagai aturan usang.
Kondisi ini terjadi karena seniman sudah pada titik jenuh dan marah. Marah atau jenuh pada siapa :
1.      Pada lingkungannya atau pada sesutau yang telah ada
2.      Para seniman marah dan muak pada perlakuan pasar kapitalismeyang menurutnya terlalu radikal terhadap karya seni. Yang sedikit-sedikit karya seni itu dinilai dengan nominal. Padahal karya seni itu sebelum dinilai adalah "nol". Selebihnya adalah makna, ide, representasi, rekreasi, acuan etik, dokumentasi "politik" dan "sejarah", perlawanan, luka, kekecawaan, paradigma, atau sekedar main-main belaka. 
3.      Para seniman marah pada kritikus yang dalam kritiknya memberikan pemaknaan yang terlalu sembrono sehingga esensi pesan dari karyanya menjadi tidak-karuan.
Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia, kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan. Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi kesenian menurut beberapa ahli :
·         KOTTAK
Seni sebagai kualitas, hasil ekspresi, atau alam keindahan atau segala hal yang melebihi keasliannya serta klasifikasi objek-subjek terhadap kriteria estetis.
·         J.J HOGMAN
Kesenian adalah sesuatu yang mempunyai unsur ideas, activities, dan artifacts.
·         KUNTJARANINGRAT
Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.
·         WILLIAM A. HAVILAND
Kesenian adalah keseluruhan sistem yang melibatkan proses penggunaan imajinasi manusia secara kreatif di dalam sebuah kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu.
·         IRVING STONE
Kesenian adalah kebutuhan pokok. Seperti  roti atau anggur atau mantel hangat dimusim dingin. Mereka yang mengira kesenian adalah barang mewah, pikirannya tidak utuh. Roh manusia menjadi lapar akan kesenian seperti halnya perutnya keroncongan minta makan.
Terdapat 5 ciri yang merupakan sifat dasar seni (The Liang Gie, 1976) yang meliputi :
a.       Sifat kreatif dari seni. Seni merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru.
b.      Sifat individualitas dari seni. Karya seni yang diciptakan oleh seorang seniman merupakan karya yang berciri personal, subyektif dan individual.
c.       Nilai ekspresi atau perasaan. Dalam mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau ukuran perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya ke dalam karya seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami dan mengapresiasi karya tersebut dengan perasaannya.
d.      Keabadian sebab seni dapat hidup sepanjang masa. Konsep karya seni yang dihasilkan oleh seorang seniman dan diapresiasi oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali atau terhapuskan oleh waktu.
e.       Semesta atau universal sebab seni berkembang di seluruh dunia dan di sepanjang waktu. Seni tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Sejak zaman pra sejarah hingga zaman modern ini orang terus membuat karya seni dengan beragam fungsi dan wujudnya sesuai dengan perkembangan masyarakatnya.

2.      Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya dalam pengertian yang luas adalah pancaran daripada budi dan daya. Seluruh apa yang dipikir, dirasa dan direnung diamalkan dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu bangsa atau umat. Budaya tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan pemikiran yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan berasaskan peradaban.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Upacara kedewasaan dari suku WaYao di Malawi, Afrika. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang di peroleh seseorang sebagai anggota masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi, kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut, dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat Menurut Koentjoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam tiga sistem, pertama sistem budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua sistem sosial di mana merupakan suatu rangkaian tindakan yang berpola dari manusia. Ketiga, sistem teknologi sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan jasmaniahnya.
Berdasarkan konteks budaya, ragam kesenian terjadi disebabkan adanya sejarah dari zaman ke zaman. Jenis-jenis kesenian tertentu mempunyai kelompok pendukung yang memiliki fungsi berbeda. Adanya perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil seninya disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola tingkah laku dalam konteks kemasyarakatan. Koentjoroningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia adalah hasil karya putra Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya, yang penting khas dan bermutu sehingga sebagian besar orang Indonesia bisa mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan karyanya. Kebudayaan Indonesia adalah satu kondisi majemuk karena ia bermodalkan berbagai kebudayaan, yang berkembang menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta kemampuan daerah itu memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan yang memberi bentuk kesenian, yang merupakan bagian dari kebudayaan.
Apa-apa saja yang menggambarkan kebudayaan, misalnya ciri khas :
a. Rumah adat daerah yang berbeda satu dengan daerah lainnya, sebagai contoh ciri khas rumah adat di Jawa mempergunakan joglo sedangkan rumah adat di Sumatera dan rumah adat Hooi berbentuk panggung.
b. Alat musik di setiap daerahpun berbeda dengan alat musik di daerah lainnya. Jika dilihat dari perbedaan jenis bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah dikenal di berbagai wilayah, pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat musik seperti Grantang, Tifa dan Sampe.
c.  Seni Tari, seperti tari Saman dari Aceh dan tari Merak dari Jawa Barat.
d. Kriya ragam hias dengan motif-motif tradisional, dan batik yang sangat beragam dari daerah tertentu, dibuat di atas media kain, dan kayu.
e. Properti Kesenian
f. Kesenian Indonesia memiliki beragam-ragam bentuk selain seni musik, seni tari, seni teater, kesenian wayang golek dan topeng merupakan ragam kesenian yang kita miliki. Wayang golek adalah salah satu bentuk seni pertunjukan teater yang menggunakan media wayang, sedangkan topeng adalah bentuk seni pertunjukan tari yang menggunakan topeng untuk pendukung.
g. Pakaian Daerah. Setiap provinsi memiliki kesenian, pakaian dan benda seni yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
h. Benda Seni. Karya seni yang tidak dapat dihitung ragamnya, merupakan identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia. Benda seni atau souvenir yang terbuat dari perak yang beasal dari Kota Gede di Yogyakarta adalah salah satu karya seni bangsa yang menjadi ciri khas daerah Yogyakarta, karya seni dapat menjadi sumber mata pencaharian dan objek wisata. Kesenian khas yang mempunyai nilai-nilai filosofi misalnya kesenian Ondel-ondel dianggap sebagai boneka raksasa mempunyai nilai filosofi sebagai pelindung menolak bala, nilai filosofi dari kesenian Reog Ponorogo mempunyai nilai kepahlawanan yakni rombongan tentara kerajaan Bantarangin (Ponorogo) yang akan melamar putri Kediri dapat diartikan Ponorogo menjadi pahlawan dari serangan ancaman musuh, selain hal-hal tersebut, adat istiadat, agama, mata pencaharian, sistem kekerabatan dan sistem kemasyarakatan, makanan khas, juga merupakan bagian dari kebudayaan.
i.  Adat Istiadat. Setiap suku mempunyai adata istiadat masing-masing seperti suku Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi upacara pemakaman yang biasa disebut Rambu Tuka. Di Bali adalah adat istiadat Ngaben. Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh mereka yang beragama Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura ini. Suku Dayak di Kalimantan mengenal tradisi penandaan tubuh melalui tindik di daun telinga. Tak sembarangan orang bisa menindik diri hanya pemimpin suku atau panglima perang yang mengenakan tindik di kuping, sedangkan kaum wanita Dayak menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar daun telinga, menurut kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang daun telinga maka akan semakin cantik dan semakin tinggi status sosialnya di masyarakat.

3.      Kepribadian
Seorang tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada faktor temperamen, karakter dan bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang terpengaruh oleh faktor-faktor hereditas sehingga keadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan merupakan daya hidup yang sifatnya jasmani.
Kata ”kepribadian” (personality) sesungguhnya berasal dari bahasa latinpesona. Pada mulanya, kata pesona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Lambat laun kata pesona (personality) berubah menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang diterima oleh individu dari kelompok atau masyarakat yang kemudian individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang diterimanya (Koswara, 1991:10).
Allport (1971) dalam bukunya personality mendefinisikan kepribadian adalah organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Koentjaraningrat (1980) menyebut “kepribadian” atau personality sebagai susunan unusr-unsur akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan-tindakan dari tiap-tiap individu manusia. Dalam bahasa populer istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten, yang memberikan suatu identitas sebagai individu yang khusus. Jika dalam bahasa sehari-hari kita menganggap bahwa seseorang mempunyai kepribadian, yang kita maksudkan adalah orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten dan konsekuen dalam tingkah lakunya tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu lainnya.
Newcomb (1950:344-345), yaitu bahwa kepribadian merupakan orgainisasi dari sikap-sikap yang dimiliki seseorang sebagai latar terhadap perilakunya.

Setiap manusia mempunyai kepribadian sendiri-sendiri yang tidak akan sama antara manusia yang satu dan manusia yang lain. Kepribadian ini merupakan gambaran secara umum dari perilaku seorang individu yang sangat khas yang dapat terlihat dari perilaku sehari-hari. Wujud nyata dari kepribadian dapat berupa banyak hal antara lain sebagai berikut :
a.)    Perangai.
b.)    Kegemaran.
c.)    Sikap atau perilaku.
d.)   Keimanan dan ketakwaan.
e.)    Tutur kata.
f.)     Tanggung jawab.
g.)    Persepsi.
h.)    Prakarsa.
Kepribadian merupakan perpaduan antara warisan biologis yang diterimaseseorang dari leluhurnya dan pengaruh lingkungan melalui proses interaksi danproses sosialisasi sejak lahir hingga dewasa.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian :
a.       Warisan Biologis
Warisan biologis adalah semua hal yang di terima seseorang sebagai manusia melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan dari kedua orang tua .
Contohnya : Ayah Darwin adalah seseorang yang tidak suka banyak berbicara dan suka berdiam diri, maka sifat itu tanpa di sadari dimiliki juga oleh anaknya Samuel. Contoh lainya adalah ayah Otis adalah seorang yang bentuk tubuhnya sangat tinggi dan lebar otomatis Otis akan bertumbuh ke hal yang sama.
b.      Lingkungan Fisik
Pengaruh lingkungan atau fisik terhadap kepribadian manusia paling sedikit di bandingkan faktor-faktor lainya. Lingkungan fisik tidak mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang.
BAB III
A.    PENDEKATAN DAN JENIS PENELITAN
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan gambaran dari obyek penelitian.
Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.      Pendekatan dalam Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan menggunakkan metode diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya”.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
2.      Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.



B.     WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian yakni menyangkut kapan dan tempat dimana penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti memperoleh sumber data dari study kepustakaan/deskriptif dimana data diperoleh dari sumber-sumber data dari internet
Adapun waktu penelitian yaitu pada bulan Februari sampai bulan Maret.
C.    TEKNIK PEGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui :
1.      Observasi Langsung
Yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan mengadakan penelitian langsung terhadap objek penelitian. Observasi ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal dari keadaan yang terjadi di lokasi, karena itu teknik observasi dilakukan dengan mempermudah pengumpulan data melalui teknik lainnya.
Tujuan menggunakan metode ini untuk mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang pengaruh kesenian dan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian. Observasi langsung juga dapat memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
2.      Studi Kepustakaan
Studi kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk memperoleh informasi dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah sebuah penelitian menggunakan data primer atau data sekunder, apakah penelitian tersebut menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau didalam museum. Pengertian studi kepustakaan adalah: Yang dimaksud dengan studi kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Studi kepustakaan merupakan langkah yang penting sekali dalam metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat. Langkah pertama dalam studi kepustakan memberikan definisi dari setiap variabel yang diteliti, jika terdapat 3 variabel maka ketiga variabel tersebut didefinisikan dari minimal tiga sumber, sehingga muncul sembilan definisi lalu dibuat suatu kesimpulan melalui definisi-definisi yang dikutip. Langkah kedua kerangka teori-teori yang mendasari masalah dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukanstudi kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan penelitian-penelitian yang telah dilakukansebelumnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan dengan penelitiannya. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.

D.    ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.
Dari rumusan di atas dapatlah kita tarik garis besar bahwa analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti, gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif, tanpa menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.



BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.    NILAI-NILAI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN
Menurut (Purwadarminto, 1976), kata “nilai” diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting yang bermutu atau berguna dalam kehidupan manusia. Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai keberhargaan (worth) dan kebaikan (goodness). Menurut Koentjaraningrat,“nilai” berarti suatu ide yang paling baik, yang menjunjung tinggi dan menjadi pedoman manusia/masyarakat dalam bertingkah laku, mengapresiasi cinta, keindahan, keadilan, dan sebagainya. Nilai seni dipahami dalam pengertian kualitas yang terdapat dalam karya seni, baik kualitas yang bersifat kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Nilai-nilai yang dimiliki karya seni merupakan manifestasi dari nilai-nilai yang dihayati oleh seniman/seniwati dalam lingkungan sosial budaya masyarakat yang kemudian diekspresikan dalam wujud karya seni dan dikomunikasikan kepada penikmatnya (publik seni).
Menurut The Liang Gie jenis nilai yang melekat pada seni mencakup:
1) Nilai keindahan,
2) Nilai pengetahuan,
3) Nilai kehidupan.
Nilai keindahan dapat pula disebut nilai estetis, merupakan salah satu persoalan estetis yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan menurut luasnya pengertian, yakni:
a.       Keindahan dalam arti luas (keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual).
b.      Keindahan dalam arti estetis murni.
c.       Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan pada prinsipnya mengkaji tentang hakikat keindahan dan kriteria keindahan yang terdapat di alam, dalam karya seni dan benda-benda lainnya.
Dalam kecenderungan perkembangan seni, keindahan positif tidak lagi menjadi tujuan yang paling penting dalam berkesenian. Sebagai seniman beranggapan lebih penting menggoncang publik dengan nilai estetis negatif (ugliness) daripada menyenangkan atau memuaskan mereka. Fenomena semacam ini akan kita jumpai pada karya-karya seni primitif atau karya seni lainnya yang tidak mementingkan keindahan tampilan visual namun lebih mementingkan makna simboliknya. “Ugliness” dalam karya seni termasuk nilai estetis yang negatif. Jadi sesungguhnya dalam karya seni terdapat nilai estetis yang positif dan negatif.
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe), simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang terjadi.
Nilai-nilai budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan nilai-nilai budaya yaitu :
  1. Simbol-simbol, slogan atau yang terlihat kasat mata (jelas),
  2. Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan serta motto tersebut,
  3. Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
B.     PERAN KESENIAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN REMAJA
Kesenian sebagai induk dari kemampuan estetika memiliki peran yang beragam dalam pembentukan kepribadian. Peran Kesenian bersifat multidimensional, multilingual, dan multikultural. Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi diperlukan pengembangan kemampuan dalam berbahasa visual, rupa, bunyi dan gerak.

Berbagai kemampuan berbahasa ini dapat dikembangkan melalui pendidikan seni yang bersifat multilingual. Melalui Kesenian berbagai kemampuan dasar manusia seperti fisik, perseptual, pikir, emosional, kreativitas, sosial, dan estetika dapat dikembangkan.

Kesenian juga mengembangkan imajinasi untuk memperoleh berbagai kemungkinan gagasan dalam pemecahan masalah serta menemukan pengetahuan dan teknologi baru secara aktif dan menyenangkan. Bila berbagai kemampuan dasar tersebut dapat berkembang secara optimal akan menghasilkan tingkat kecerdasan emosional, intelektual, kreatif, moral dan edversity tinggi.
Seni sebagai media pendidikan memuat arti bahwa melalui seni pendidikan/pengajaran harkat kemanusiaan dibina. Di dalamnya dipelajari makna pembinaan individu agar lebih dewasa, mempunyai kepribadian sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Yang dimaksud dengan individu pada kalimat tersebut di atas, mengandung makna berarti satu dan devide berarti terpecah/bagian menjadi individu berarti satu namun terdiri dari bagian-bagian. Bagian tersebut adalah piker atau sebagai substansi dari cipta, rasa dan kehendak atau karsa. Dengan demikian kesenian yang dimaksud di atas bertujuan untuk membina ketiga komponen individu tersebut (istilah cipta, rasa dan karsa ini diambil dari Ki Hajar Dewantara). Seperti halnya mata pelajaran yang lain dalam hal ini matematika, serumit apapun dan sesukar apapun ternyata bertujuan untuk meningkatkan harkat kemanusiaan di atas. Kebetulan fungsi utamanya adalah melatih pikiran. Sedangkan kesenian tugas utamanya adalah melatih perasaan estetis.
Fungsi dan Tujuan Seni
a. Fungsi Religi/Keagamaan
Karya seni sebagi pesan religi atau keagamaan. Contoh : kaligrafi, busana muslim/muslimah, dan lagu-lagu rohani. Seni yang digunakan untuk sebuah upacara yang berhubungan dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun pernikahan. Contoh : Gamelan yang dimainkan pada upacara Ngaben di Bali yakni gamelan Luwang, Angklung, dan Gambang. Gamelan di Jawa Gamelan Kodhok Ngorek, Monggang, dan Ageng.
b. Fungsi Pendidikan
Seni sebagai media pendidikan misalnya musik. Contoh : ansambel karena didalamnya terdapat kerjasama, angklung dan gamelan juga bernilai pendidikan dikarenakan kesenian tersebut mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin. Pelajaran menggunakan bantuan karya seni. Contoh : gambar ilustrasi buku pelajaran, film ilmiah atau dokumenter, poster, lagu anak-anak, alat peraga IPA.

c. Fungsi Komunikasi
Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti pesan, kritik sosial, kebijakan, gagasan, dan memperkenalkan produk kepada masyarakat. Melalui media seni tertentu seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan, poster, drama komedi, dan reklame.
d. Fungsi Rekreasi/Hiburan
Seni yang berfungsi sebagai sarana melepas kejenuhan atau mengurangi kesedihan, Sebuah pertunjukan khusus untuk berekspresi atau mengandung hiburan, kesenian yang tanpa dikaitkan dengan sebuah upacara ataupun dengan kesenian lain.
d.      Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi sebagai media ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial, misalnya terdapat pada musik kontemporer, tari kontemporer, dan seni rupa kontemporer, tidak bisa dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati para seniman dan komunitasnya.
f. Fungsi Guna (seni terapan)
Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya kecuali sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni murni, sebaliknya jika dalam proses penciptaan seniman harus mempertimbangkan aspek kegunaan, hasil karya seni ini disebut seni guna atau seni terapan. Contoh : kriya, karya seni yang dapat dipergunakan untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dai gerabah dan rotan.
g. Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi)
Pengobatan untuk penderita gangguan physic ataupun medis dapat distimulasi melalui terapi musik, jenis musik disesuaikan dengan latar belakang kehidupan pasien. Terapi musik telah terbukti mampu digunakan untuk menyembuhkan penyandang autisme, gangguan psikologis trauma pada suatu kejadian, dan lain-lain. Menurut Siegel (1999) menyatakan bahwa musik klasik menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem limbic jarikan neuron otak. Menurut Gregorian bahwa gamelandapat mempertajam pikiran.

C.    PERAN KEBUDAYAAN DALAM MEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan, sikap, dan sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang tadi berhubungan dengan orang lain. Kepribadian sebenarnya merupakan organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis, dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi suatu individu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam menelaah pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian, sebaiknya dibatasi pada bagian kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi kepribadian. Berikut tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk kepribadian yakni:
1.      Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan. Di sini dijumpai kepribadian yang saling berbeda antara individu-individu yang merupakan anggota suatu masyarakat tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula.
2.      Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda (urban dan rural ways of life). Contoh perbedaan antara anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya dan sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan di desa lebih mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih banyak mempunyai sikap menilai (sense of value). 
3.      Kebudayaan khusus kelas sosial. Di dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan sosial karena setiap masyarakat mempunyai sikap menghargai. 
4.      Kebudayaan khusus atas dasar agama. Agama juga mempunyai pengaruh besar di dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya berbagai madzhab di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di kalangan umatnya. 
5.      Kebudayaan berdasarkan profesi. Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh besar pada kepribadian seseorang. Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda dengan kepribadian seorang pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara-cara mereka bergaul.
Budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.
Berikut uraian dari setiap kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan  yang ada, berkaitan dengan peranan kebudayaan dalam membentuk kepribadian :
1.      Kekuatan (Strength)
Budaya bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta kendali yang menuntun dan membentuk sikap, perilaku dan kepribadian seseorang . Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah seseorang/masyarakat sebagai pelaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan seseorang/masyarakat.
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya adalah perekat sosial yang membantu menyatukan masyarakat/organisasi dengan cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan oleh seseorang atau masyarakat.
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang lebih besar daripada kepentingan individu. Artinya dengan budaya seseorang bisa menjadi pribadi yang lebih tanggung jawab bukan hanya untuk dirinya tetapi bagi orang lain ataupun masyarakat.
2.      Kelemahan (Weekness)
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas, artinya budaya menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu masyarakat dan membedakannya dengan masyarakat lainnya dan kebanyakan masyarakat kita tidak mengenal budaya daerah lain.
Masuknya budaya asing melalui berbagai media, baik itu media massa maupun elektronik yang secara tidak langsung menggeser nilai-nilai budaya luhur yang telah lama diadopsi oleh masyarakat akan mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku serta kepribadian seseorang atau masyarakat.
Agama juga mempunyai pengaruh besar di dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya berbagai madzhab di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang berbeda-beda pula di kalangan umatnya.
3.      Peluang (Opportunity)
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat, dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperkenalkan kebudayaan bangsa dari daerah lain selain daerah asal yang tidak dapat dijangkau kepada masyarakat agar mereka pun dapat mengenalnya.
Memperkenalkan kebudayaan bangsa sejak dini kepada generasi penerus bangsa sehingga kebudayaan yang dimiliki oleh setiap bangsa atau daerah lebih dikenal oleh generasi muda kita.
       Keanekaragaman budaya yang ada disuatu negara maupun daerah yang berbeda-beda membentuk masyarakat dengan tradisi, adat istiadat dan pemikiran yang berbeda dalam masyarakat yang dapat dijadikan titik acuan dalam membentuk kepribadian seseorang atau kelompok masyarakat. Karena melalui kebudayaan manusia dapat bertukar pikiran dan dapat menjadi motivasi bagi daerah atau negara lain untuk menjadi lebih baik di segala bidang kehidupan.
4. Ancaman (Threat)
 Perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
 Penetrasi kebudayaan, Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan barat ke Indonesia pada zaman penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.
Kemajuan teknologi yang mengakibatkan pergeseran nilai-nilai budaya dan mempengaruhi kebudayaan dikalangan generasi muda kit


BAB V
PENUTUP
A.    SIMPULAN
1.      Kesenian adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.
2.      Setiap kebudayaan memberikan pengalaman terhadap kepribadian tiap–tiap individu yang tumbuh di daerahnya dan pengalaman masyarakat atau kebudayaan akan membentuk suatu metode kepribadian atau karakter seseorang dalam bermasyarakat.
3.      Dalam kesenian terdapat nilai estetis negatif dan positif. Nilai estetis negatif (ugliness) tidak mementingkan keindahan tampilan visual namun lebih mementingkan makna simboliknya sedangkan nilai estetis positif adalah nilai estetis yang memang mementingkan  keindahan tampilan visualnya.
4.      Peran Kesenian dalam membentuk kepribadian bersifat multidimensional, multilingual, dan multikultural. Dalam menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi diperlukan pengembangan kemampuan dalam berbahasa visual, rupa, bunyi dan gerak yang dihasilkan dari kesenian itu sendiri.
5.      Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan  yang ada berkaitan dengan peranan kebudayaan dalam membentuk kepribadian.
B.     SARAN
1.      Diharapkan penelitian ini terus dilanjutkan untuk kebudayaan-kebudayaan yang lain agar khasanah-khasanah budaya Indonesia dapat dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia yang dapat mencerminkan kepribadian remaja Indonesia.
2.      Disarankan untuk kita sebagai generasi muda untuk memahami, melastarikan dan menggali kesenian dan kebudayaan yang telah diwariskan nenek moyang kita dan dikembangkan seiring dengan perkembangan zaman untuk tetap memperkaya budaya bangsa Indonesia guna dapat membentuk kepribadian yang sesuai dengan kepribadian asli remaja Indonesia.
3.      Menjaga kelestarian budaya lokal merupak suatu hal yang menajdi kewajiban setiap masyarakat, agar nilai-nilai luhur yang telah ada sejak dulu tetap menyatu dengan kepribadian setiap masyarakat.
4.      Kewajiban melestarikan kebudayaan bukan hanya menjadi kewajiban dari masyarakat, tapi seluruh pihak berkewajiban atas hal tersebut, khususnya pemerintah untuk terus mendukung unsur-unsur pengembangan kebudayaan lokal.