LAPORAN HASIL PENELITIAN
Diajukan sebagai salah satu
persyaratan untuk mengikuti ujian semester genap
Tahun 2011/2012 SMA Negeri 2 Barru
OLEH
:
ANDI FEBRIANTY RAMADHANI
NIS : 10013
SMA NEGERI 2 BARRU
TAHUN PELAJARAN 2011/2012
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya
tulis dengan judul : ANALISIS NILAI-NILAI KESENIAN DAN
KEBUDAYAAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA
Atas nama
Saudara
Nama : ANDI
FEBRIANTY RAMADHANI
NIS :
10013
Kelas/ Jurusan : XI IPA 1
Setelah
diperiksa/diteliti ulang, telah memenuhi persyaratan untuk menjadi laporan
penelitian dan presentasikan di depan pengurus KIR.
Barru, 2012
Pembimbing
:
Faisyal Yunus, S.Pd. ………………….
LEMBAR
PENGESAHAN
Judul : ANALISIS NILAI-NILAI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN
DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA
Nama
: ANDI FEBRIANTY RAMADHANI
NIS : 10013
Kelas/ Jurusan : XI IPA 1
Barru, Mei 2012
Disetujui
Pembimbing Karya Tulis Pembina
KIR SMAN 2 Barru
Faisyal Yunus, S.Pd. Jamal
Passalowongi, S.Pd.,M.Pd.
NIP : 19750212 200604 1 006
Mengetahui
Kepala
Sekolah SMA Negeri 2 Barru
Drs.
Muhammad Abidin, M.Pd.
NIP :19601114 198411 1 002
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
BERANGKAT
DENGAN PENUH KEYAKINAN
BERJALAN DENGAN PENUH KEIKHLASAN
ISTIQOMAH DALAM MENGHADAPI COBAAN
“ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “
BERJALAN DENGAN PENUH KEIKHLASAN
ISTIQOMAH DALAM MENGHADAPI COBAAN
“ YAKIN, IKHLAS, ISTIQOMAH “
Karya
tulis ini kupersembahkan
Untuk ibu, bapak
serta tanteku di rumah, kakak dan
adikku, beserta sahabat dan teman seperjuanganku yang berada di SMA NEG. 2
BARRU maupun diluar sana yang senantiasa memberikan
dukungan dan motivasi sejak
saya di lahirkan di bumi ini hingga
dewasa seperti ini.
ABSTRAK
Andi Febrianty Ramadhani, lahir di Ujung Pandang pada tanggal 26 Februari
1995 yang melakukan penelitian pada tahun 2012, dibimbing oleh Faisyal Yunus, S.Pd. Pada
penelitian ini yang membahas mengenai Karya Ilmiah. “ANALISIS NILAI-NILAI KESENIAN DAN
KEBUDAYAAN DAERAH TERHADAP PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN REMAJA” pada SMA Neg. 2 Barru.
Permasalahan pokok yang diangkat
dalam laporan ini yakni apa saja nilai-nilai kesenian dan
kebudayaan, bagaimana kesenian dalam membentuk kepribadian remaja, serta bagaimana kebudayaan
dalam membentuk kepribadian
remaja. Adapun tujuannya adalah untuk mengetahui
apa saja yang termasuk nilai-nilai kesenian dan kebudayaan, cara
kesenian dalam membentuk kepribadian remaja serta cara
kebudayaan dalam
membentuk kepribadian remaja.
Metode
yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini adalah dengan melakukan studi
pustaka, dengan mengumpulkan berbagai
sumber atau bahan-bahan tentang hubungan kebudayaan, kesenian, dan kepribadian dimana tujuannya agar dapat dijelaskan
tentang peranan penting kesenian dan kebudayaan terhadap pembentukan
kepribadian. Kesenian dan kebudayaan merupakan pedoman penting yang harus kita
teladani dalam pembentukan kepribadian, contoh Budaya membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan
dari satu generasi ke generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring
berjalannya waktu sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur
mungkin hanya memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain. Sedangkan melalui
Kesenian berbagai kemampuan dasar manusia seperti fisik, perseptual, pikir,
emosional, kreativitas, sosial, dan estetika dapat dikembangkan.
Hasil dari penelitian ini antara lain, karya
ilmiah yang berjudul analisis
nilai-nilai kesenian dan kebudayaan terhadap
pembentukan kepribadian ini membahas tentang betapa pentingnya kesenian dan
kebudayaan yang berperan dalam pembentukan kepribadian,
yang terkadang sering dianggap biasa oleh masyarakat. Serta menganggap kesenian
dan kebudayaan hanyalah sebagai hal yang tidak memiliki
arti penting.
Kesimpulan
dari penelitian ini yaitu, kesenian
adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.Setiap kebudayaan
memberikan pengalaman terhadap kepribadian tiap–tiap individu yang tumbuh di
daerahnya dan pengalaman masyarakat atau kebudayaan akan membentuk
suatu metode kepribadian
atau
karakter seseorang
dalam bermasyarakat. Peran
Kesenian dalam membentuk kepribadian bersifat
multidimensional, multilingual, dan multikultural. Dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi diperlukan pengembangan
kemampuan dalam berbahasa visual, rupa, bunyi dan gerak yang dihasilkan dari kesenian itu sendiri.Kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada
berkaitan dengan peranan kebudayaan dalam membentuk kepribadian.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT dengan segala rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan
karya ilmiah ini. Dengan tekad yang kuat dan rasa tanggung jawab akhirnya karya
ilmiah ini dapat disusun guna melengkapi tugas Bahasa Indonesia. Dengan kerja
keras dan dukungan dari berbagai pihak, penyusun berusaha untuk dapat mencapai
hasil yang sebaik mungkin meski dalam penyusunan karya ilmiah ini menghadapi
berbagai kesulitan karena keterbatasan ilmu pengetahuan dan terbatasnya waktu.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak
Jamal Passalowongi, S.Pd.,M.Pd.,
selaku guru mata pelajaran bahasa Indonesia, atas
kesempatan dan bimbingan yang diberikan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Penulis juga berterima kasih kepada Bapak Faisyal Yunus, S.Pd. selaku pembimbing
penulis dalam penulisan karya ilmiah ini, yang telah membimbing penulis agar
dapat mengerti tentang bagaimana cara menyusun karya tulis ilmiah ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih untuk semua rekan serta semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan penulisan karya ilmiah ini. Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih
banyak kekurangan baik dari segi tulisan ataupun materi, karenanya kritik dan
saran sangat diharapkan untuk kesempurnaan dimasa yang akan datang. Semoga apa
yang disajikan dalam karya ilmiah ini
dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca. Penulis
berharap karya ilmiah ini dapat dijadikan sebagai bahan rujukan dan dapat membantu pembaca dalam hal
pengetahuan tentang kesenian dan kebudayaan terhadap pembentukan kepribadian.
Lajulo, 25 April 2012
Penulis
DAFTAR
ISI
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN.......................................................................... iii
ABSTRAK...................................................................................................... v
KATA PENGANTAR.................................................................................. vi
DAFTAR
ISI................................................................................................ viii
BAB
I PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG......................................................................... 1
B. RUMUSAN
MASALAH..................................................................... 2
C. TUJUAN
PENELITIAN...................................................................... 3
D. MANFAAT
PENELITIAN.................................................................. 3
BAB
II LANDASAN TEORI
LANDASAN
TEORI............................................................................. 4
BAB
III
A. PENDEKATAN
DAN JENIS PENELITIAN.................................. 18
B. WAKTU
DAN TEMPAT PENELITIAN.......................................... 20
C. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA................................................. 20
D. ANALISIS
DATA............................................................................. 22
BAB
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. NILAI-NILAI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN...................... 24
B. PERAN
KESENIAN TERHADAP PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN
............................................................................... 26
C. PERAN
KEBUDAYAAN TERHADAP PEMBENTUKAN
KEPRIBADIAN
............................................................................... 30
BAB V PENUTUP
A. SIMPULAN........................................................................................ 36
B. SARAN............................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. 38
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Budaya
merupakan kebiasaan-kebiasaan manusia yang ada sejak manusia pertama hadir di
muka bumi ini. Kebudayaan manusia memang mengalami perubahan-perubahan pada
setiap komunitas tertentu. Ada suatu saat ketika suatu komunitas mengalami
pergeseran budaya akibat adanya interpensi dari budaya besar yang mengakibatkan
kebudayaan itu tergusur karna adanya kebudayaan besar tersebut, inilah yang disebut
penetrasi kebudayaan. Kebudayaan besar itu menjadi hegemoni atau kekuatan besar
yang mampu menggulung kebudayaan-kebudayaan kecil yang ada di sekelilingnya. Saat ini masyarakat dunia di hegemoni
oleh kekuatan besar oleh kebudayaan barat, kebudayaan barat lahir dari nilai-nilai
hedonis, lahir dengan nilai-nilai prakmatis dan lahir dari nilai-nilai yang
menghilangkan aspek religius dalam
kebudayaannya. Lahirnya kebudayaan
barat dimulai dari sikap individualis yang memberikan makna kebebasan yang di
mulai dari zaman renaisans
di Eropa pada abad ke-16 ketika
msyarakat Eropa mulai mengedepankan apa yang disebut dengan kebebasan berpikir serta kebasan berkehendak.
Sikap inilah yang kemudian melahirkan ilmu pengetahuan Eropa (barat) yang
menghilangkan nilai-nilai agama dalam konsep ilmu pengetahuannya. Kebudayaan
barat di satu sisi melahirkan kemajuan yang sangat spektakuler, di sisi lain
memiliki sifat menghancurkan,
salah satunya adalah dekradasi moral. Kebudayaan barat saat ini merupakan
patron dari kebudayaan-kebudayaan kecil lainnya di seluruh dunia sehingga
kebudayaan-kebudayaan kecil itu mengikut secara hegemoni kebudayaan barat
tersebut.
Demikian halnya dengan Indonesia yang memiliki beragam budaya
yang luhur yang merupakan citra nenek moyang bangsa Indonesia yang bersifat religius.
Dimana kebudayaan besar itu mudah mempengaruhi kebudayaan yang ada di
Indonesia. yang
paling melekat pada kebudayaan yang masuk ke Indonesia sangat dipengaruhi oleh
3 f yakni food,
fashion, dan fun. Ini disebabkan oleh
perilaku manusia yang selalu ingin sesuatu yang instan sehingga kebudayaan
barat mudah sekali masuk ke negara-negara lain khususnya Indonesia. Sesuatu
yang instan akan menimbulkan dampak yang negatif khususnya pada pembentukan
kepribadian remaja saat ini.
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang diatas, maka ada beberapa pertanyaan terkait dengan analisis
nilai-nilai kesenian dan kebudayaan daerah terhadap pembentukan
kepribadian, yaitu:
1. Apa
saja nilai-nilai kesenian dan kebudayaan?
2. Bagaimana
kesenian dalam membentuk kepribadian
remaja?
3. Bagaimana kebudayaan dalam membentuk kepribadian remaja?
C.
Tujuan
Berangkat
dari rumusan masalah tersebut, maka tujuan penulisan ini adalah untuk:
1. Mengetahui
apa saja yang termasuk nilai-nilai kesenian dan kebudayaan.
2. Megetahui
bagaimana cara kesenian dalam membentuk
kepribadian remaja.
3. Mengetahui bagaimana cara
kebudayaan
dalam membentuk kepribadian
remaja.
D.
Manfaat
Dari
tujuan diadakannya penelitian tadi, maka adapun manfaat penelitian yaitu
penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat yang baik bagi :
1.
Peneliti, untuk mengetahui bagaimana kesenian dan
kebudayaan dalam membentuk kepribadian remaja.
2.
Keilmuan, diharapkan mampu memberikan sumbangan pikiran,
khususnya tentang seperti apa kesenian dan kebudayaan dalam membentuk kepribadian.
3.
Bagi Dinas Pariwisata menjadi masukan dalam rangka mengembangkan bidang kesenian dan
kebudayaan daerah masing-masing terhadap pembentukan kepribadian remaja
daerahnya.
BAB II
KAJIAN TEORI
Kesenian, Kebudayan, dan Kepribadian
1.
Kesenian
Kata "seni" adalah
sebuah kata yang semua orang di pastikan mengenalnya, walaupun dengan kadar
pemahaman yang berbeda. Konon kabarnya kata seni berasal dari kata "sani" artinya "jiwa yang
luhur/ ketulusan jiwa". Dimaknai dengan
keberangkatan orang/seniman saat akan membuat karya seni, namun menurut kajian
ilmu di Eropa
mengatakan "art" (artivisial)
yang artinya barang/ atau karya dari sebuah kegiatan.
Berdasarkan penelitian para
ahli menyatakan seni/karya seni sudah ada sekitar 60.000 tahun yang lampau. Bukti ini
terdapat pada dinding-dinding gua di Prancis Selatan. Buktinya lukisan yang
berupa torehan-torehan pada dinding dengan menggunakan warna yang menggambarkan
kehidupan manusia purba. Artefak/bukti ini mengingatkan kita pada lukisan
moderen yang penuh ekspresi. Hal ini dapat kita lihat dari kebebaan mengubah
bentuk. Satu hal yang membedakan antara karya seni manusia purba dengan manusia modern adalah terletak
pada tujuan penciptaannya. Kalau manusia purba membuat karya seni/penanda
kebudayaan pada masanya adalah semata-mata hanya untuk kepentingan sosioreligi atau manusia purba adalah figur yang
masih terkungkung oleh kekuatan-kekuatan di sekitarnya. Sedangkan manusia modern
membuat karya seni/penanda kebudayaan pada masanya digunakan untuk kepuasan
pribadinya dan menggambarkan kondisi lingkungannya. Dengan kata lain manusia
modern adalah figur yang ingin menemukan hal-hal yang baru dan mempunyai
cakrawala berpikir yang lebih luas. Semua bentuk kesenian pada zaman dahulu selalu
ditandai dengan kesadaran magis, karena memang merupakan awal kebudayaan manusia. Dari kehidupan yang sederhana yang memuja alam
sampai pada kesadaran terhadap keberadaan alam
Pada awalnya seni diciptakan
untuk kepentingan bersama atau milik bersama. Karya- karya seni yang ditinggalkan pada masa pra-sejarah digua-gua
tidak pernah menunjukkan identitas pembuatnya. Demikian pula peninggalan-peninggalan dari
masa lalu seperti bangunan atau artefak di Mesir kuno, Byzantium, Romawi, India, atau bahkan di Indonesia
sendiri.
Dalam sejarah seni terjadi
banyak pergeseran. Sejak renaisans atau bahkan sebelumnya, basis-basis ritual
dan kultis dari karya seni mulai terancam akibat sekularisasi masyarakat.
Situasi keterancaman itu mendorong seni akhirnya mulai mencari otonomi dan
mulai bangkit pemujaan sekular atas keindahan itu sendiri. Dengan kata lain
fungsi seni menjadi media ekspresi dan setiap kegiatan berkesenian adalah berupa
kegiatan ekspresi kreatif dan setiap karya seni merupakan bentuk yang baru,
yang unik dan orisinil. Karena sifatnya yang bebas dan orisinal akhirnya posisi
karya seni menjadi individualistis.
Seni pada perkembangannya di
zaman modern mengalami perubahan atau pembagian yakni seni murni atau seni
terapan yang lebih jauh lagi seni dan desain oleh seorang tokoh pemikir
kesenian yang oleh orang tuanya di beri nama Theodor Adorno di beri nama "seni tinggi" untuk seni murni
dan "seni rendah" untuk seni terapan
atau desain.
Karena menurutnya dalam seni tinggi seorang seniman tidak dipengaruhi oleh
faktor-faktor eksternal (kebutuhan pasar/bertujuan komersial) dalam menciptakan
sebuah karya seni/murni ekspresi, sedangkan seni rupa rendah adalah seni yang
dalam penciptaannya dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal. Adorno menganggap
seni harus berbeda dengan benda lain, ia harus mempunyai "sesuatu".
Sesuatu itu tidak sekedar menjadi sebuah komoditas. Karena sebuah karya atau
benda yang sebagai komoditas akan menghancurkan semangat sosial, pola produksi
barang yang menjadi komoditas adalah pola yang ditentukan oleh seorang
produsen.
Terakhir kita menuju pada zaman
post-moderen/kontemporer. Di zaman kontemporer ini bentuk
kesenian lebih banyak perubahannya baik secara kebendaan atau kajian
estetiknya, yang lebih dahsyat lagi landasan logikanya.
Di era Kontemporer ini
aturan-aturan yang telah ada seolah-olah dihancurkan, yang dulunya karya seni
itu harus menyenangkan, sekarang malah bisa sebaliknya. Yang dulunya karya seni
itu setidaknya masih mempertimabangkan etika sosial, etika agama atau
etika-etika yang lain, namun sekarang itu bisa jadi hanya sebagai aturan usang.
Kondisi ini terjadi karena
seniman sudah pada titik jenuh dan marah. Marah atau jenuh pada siapa :
1. Pada lingkungannya atau pada sesutau yang telah ada
2. Para seniman marah dan
muak pada perlakuan pasar kapitalismeyang menurutnya terlalu radikal terhadap
karya seni. Yang sedikit-sedikit karya seni itu dinilai dengan nominal. Padahal
karya seni itu sebelum dinilai adalah "nol". Selebihnya adalah makna, ide,
representasi, rekreasi, acuan etik, dokumentasi "politik" dan
"sejarah", perlawanan, luka, kekecawaan, paradigma, atau sekedar
main-main belaka.
3. Para seniman marah pada
kritikus yang dalam kritiknya memberikan pemaknaan yang terlalu sembrono
sehingga esensi pesan dari karyanya menjadi tidak-karuan.
Kesenian adalah bagian dari budaya dan
merupakan sarana yang digunakan untuk mengekspresikan rasa keindahan dari dalam
jiwa manusia. Selain mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia,
kesenian juga mempunyai fungsi lain. Misalnya, mitos berfungsi menentukan norma
untuk perilaku yang teratur serta meneruskan adat dan nilai-nilai kebudayaan.
Secara umum, kesenian dapat mempererat ikatan solidaritas suatu masyarakat.
Berikut ini adalah pengertian dan definisi kesenian menurut beberapa ahli :
Berikut ini adalah pengertian dan definisi kesenian menurut beberapa ahli :
·
KOTTAK
Seni
sebagai kualitas, hasil ekspresi, atau alam keindahan atau segala hal yang
melebihi keasliannya serta klasifikasi objek-subjek terhadap kriteria estetis.
·
J.J
HOGMAN
Kesenian
adalah sesuatu yang mempunyai unsur ideas, activities, dan artifacts.
·
KUNTJARANINGRAT
Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.
Kesenian adalah suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan dimana kompleks aktivitas dan tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat dan biasanya berwujud benda-benda hasil manusia.
·
WILLIAM A.
HAVILAND
Kesenian
adalah keseluruhan sistem yang melibatkan proses penggunaan imajinasi manusia
secara kreatif di dalam sebuah kelompok masyarakat dengan kebudayaan tertentu.
·
IRVING STONE
Kesenian
adalah kebutuhan pokok. Seperti roti atau anggur atau mantel hangat
dimusim dingin. Mereka yang mengira kesenian adalah barang mewah, pikirannya
tidak utuh. Roh manusia menjadi lapar akan kesenian seperti halnya perutnya
keroncongan minta makan.
Terdapat
5 ciri yang merupakan sifat dasar seni (The Liang Gie, 1976) yang meliputi :
a. Sifat kreatif dari seni. Seni
merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia yang selalu mencipta karya baru.
b. Sifat individualitas dari seni.
Karya seni yang diciptakan oleh seorang seniman merupakan karya yang berciri personal,
subyektif dan individual.
c. Nilai ekspresi atau perasaan. Dalam
mengapresiasi dan menilai suatu karya seni harus memakai kriteria atau ukuran
perasaan estetis. Seniman mengekspresikan perasaan estetisnya ke dalam karya
seninya lalu penikmat seni (apresiator) menghayati, memahami dan mengapresiasi
karya tersebut dengan perasaannya.
d. Keabadian sebab seni dapat hidup
sepanjang masa. Konsep karya seni yang dihasilkan oleh seorang seniman dan
diapresiasi oleh masyarakat tidak dapat ditarik kembali atau terhapuskan oleh
waktu.
e.
Semesta atau universal sebab seni berkembang di seluruh
dunia dan di sepanjang waktu. Seni tidak dapat dipisahkan dari kehidupan
masyarakat. Sejak zaman pra sejarah hingga zaman modern ini orang terus membuat
karya seni dengan beragam fungsi dan wujudnya sesuai dengan perkembangan
masyarakatnya.
2.
Kebudayaan
Budaya atau kebudayaan berasal dari
bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi
(budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal
manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari
kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa diartikan juga sebagai
mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai
“kultur” dalam bahasa Indonesia.
Budaya dalam pengertian yang luas
adalah pancaran daripada budi dan daya. Seluruh apa yang dipikir, dirasa dan direnung diamalkan
dalam bentuk daya menghasilkan kehidupan. Budaya adalah cara hidup sesuatu
bangsa atau umat. Budaya tidak lagi dilihat sebagai pancaran ilmu dan
pemikiran yang tinggi dan murni dari sesuatu bangsa untuk mengatur kehidupan
berasaskan peradaban.
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan
bahwa segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan
yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Istilah untuk pendapat itu adalah
Cultural-Determinism. Herskovits memandang kebudayaan sebagai sesuatu yang
turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain, yang kemudian disebut
sebagai superorganic. Menurut Andreas Eppink, kebudayaan mengandung keseluruhan
pengertian, nilai, norma, ilmu pengetahuan serta keseluruhan struktur-struktur
sosial, religius, dan lain-lain, tambahan lagi segala pernyataan intelektual
dan artistik yang menjadi ciri khas suatu masyarakat.
Upacara kedewasaan dari suku WaYao
di Malawi, Afrika. Menurut Edward B. Tylor, kebudayaan merupakan keseluruhan
yang kompleks, yang di dalamnya terkandung pengetahuan, kepercayaan, kesenian,
moral, hukum, adat istiadat, dan kemampuan-kemampuan lain yang di peroleh seseorang sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan menurut Selo Soemardjan dan Soelaiman Soemardi,
kebudayaan adalah sarana hasil karya, rasa, dan cipta masyarakat.
Dari berbagai definisi tersebut,
dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan yang mana akan mempengaruhi
tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam
pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat
abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda- benda yang diciptakan
oleh manusia sebagai makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda
yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup,
organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk
membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat Menurut
Koentjoroningrat (1986), kebudayaan dibagi ke dalam tiga sistem, pertama sistem
budaya yang lazim disebut adat-istiadat, kedua sistem sosial di mana merupakan
suatu rangkaian tindakan yang berpola dari manusia. Ketiga, sistem teknologi
sebagai modal peralatan manusia untuk menyambung keterbatasan jasmaniahnya.
Berdasarkan konteks budaya, ragam
kesenian terjadi disebabkan adanya sejarah dari zaman ke zaman. Jenis-jenis
kesenian tertentu mempunyai kelompok pendukung yang memiliki fungsi berbeda.
Adanya perubahan fungsi dapat menimbulkan perubahan yang hasil-hasil seninya
disebabkan oleh dinamika masyarakat, kreativitas, dan pola tingkah laku dalam
konteks kemasyarakatan. Koentjoroningrat mengatakan, Kebudayaan Nasional Indonesia
adalah hasil karya putra Indonesia dari suku bangsa manapun asalnya, yang
penting khas dan bermutu sehingga sebagian besar orang Indonesia bisa
mengidentifikasikan diri dan merasa bangga dengan karyanya. Kebudayaan Indonesia adalah satu
kondisi majemuk karena ia bermodalkan berbagai kebudayaan, yang berkembang
menurut tuntutan sejarahnya sendiri-sendiri. Pengalaman serta
kemampuan daerah itu memberikan jawaban terhadap masing-masing tantangan yang
memberi bentuk kesenian, yang merupakan
bagian dari kebudayaan.
Apa-apa saja yang menggambarkan
kebudayaan, misalnya ciri khas :
a. Rumah adat daerah yang berbeda
satu dengan daerah lainnya, sebagai contoh ciri khas rumah adat di Jawa
mempergunakan joglo sedangkan rumah adat di Sumatera dan rumah adat Hooi
berbentuk panggung.
b. Alat musik di setiap daerahpun
berbeda dengan alat musik di daerah lainnya. Jika dilihat dari perbedaan jenis
bentuk serta motif ragam hiasnya beberapa alat musik sudah dikenal di berbagai
wilayah, pengetahuan kita bertambah setelah mengetahui alat musik seperti
Grantang, Tifa dan Sampe.
c.
Seni Tari, seperti tari Saman dari Aceh dan tari Merak dari Jawa Barat.
d. Kriya ragam hias dengan
motif-motif tradisional, dan batik yang sangat beragam dari daerah tertentu,
dibuat di atas media kain, dan kayu.
e. Properti Kesenian
f. Kesenian Indonesia memiliki
beragam-ragam bentuk selain seni musik, seni tari, seni teater, kesenian wayang
golek dan topeng merupakan ragam kesenian yang kita miliki. Wayang golek adalah
salah satu bentuk seni pertunjukan teater yang menggunakan media wayang,
sedangkan topeng adalah bentuk seni pertunjukan tari yang menggunakan topeng
untuk pendukung.
g. Pakaian Daerah. Setiap provinsi memiliki kesenian, pakaian dan
benda seni yang berbeda antara satu daerah dengan daerah lainnya.
h. Benda Seni. Karya seni yang tidak
dapat dihitung ragamnya, merupakan identitas dan kebanggaan bangsa Indonesia.
Benda seni atau souvenir yang terbuat dari perak yang beasal dari Kota Gede di
Yogyakarta adalah salah satu karya seni bangsa yang menjadi ciri khas daerah
Yogyakarta, karya seni dapat menjadi sumber mata pencaharian dan objek wisata. Kesenian khas yang mempunyai
nilai-nilai filosofi misalnya kesenian Ondel-ondel dianggap sebagai boneka
raksasa mempunyai nilai filosofi sebagai pelindung menolak bala, nilai filosofi
dari kesenian Reog Ponorogo mempunyai nilai kepahlawanan yakni rombongan
tentara kerajaan Bantarangin (Ponorogo) yang akan melamar putri Kediri dapat
diartikan Ponorogo menjadi pahlawan dari serangan ancaman musuh, selain hal-hal
tersebut, adat istiadat, agama, mata pencaharian, sistem kekerabatan dan sistem
kemasyarakatan, makanan khas, juga merupakan bagian dari kebudayaan.
i.
Adat Istiadat. Setiap suku mempunyai adata istiadat masing-masing
seperti suku Toraja memiliki kekhasan dan keunikan dalam tradisi upacara
pemakaman yang biasa disebut Rambu Tuka. Di Bali adalah adat istiadat Ngaben.
Ngaben adalah upacara pembakaran mayat, khususnya oleh mereka yang beragama
Hindu, dimana Hindu adalah agama mayoritas di Pulau Seribu Pura ini. Suku Dayak
di Kalimantan mengenal tradisi penandaan tubuh melalui tindik di daun telinga.
Tak sembarangan orang bisa menindik diri hanya pemimpin suku atau panglima
perang yang mengenakan tindik di kuping, sedangkan kaum wanita Dayak
menggunakan anting-anting pemberat untuk memperbesar daun telinga, menurut
kepercayaan mereka, semakin besar pelebaran lubang daun telinga maka akan semakin cantik dan semakin tinggi
status sosialnya di masyarakat.
3. Kepribadian
Seorang
tersusun atas dasar fatalitas jasmani dan rohania, di samping ada faktor
temperamen, karakter dan
bakat fitalitas jasmani seseorang bergantunng pada konstruksi tubuhnya yang
terpengaruh oleh faktor-faktor
hereditas sehingga keadaanya dapat di katakan tetap atau konstan dan merupakan
daya hidup yang sifatnya jasmani.
Kata
”kepribadian” (personality) sesungguhnya berasal dari bahasa latin “pesona”. Pada mulanya, kata
pesona ini menunjuk kepada topeng yang biasa digunakan oleh pemain sandiwara di
zaman Romawi dalam memainkan peran-perannya. Lambat laun kata pesona (personality) berubah
menjadi satu istilah yang mengacu pada gambaran sosial tertentu yang
diterima oleh individu
dari kelompok atau masyarakat yang
kemudian
individu tersebut diharapkan bertingkah laku berdasarkan atau sesuai dengan gambaran sosial (peran) yang
diterimanya (Koswara, 1991:10).
Allport
(1971) dalam bukunya personality mendefinisikan kepribadian adalah
organisasi-organisasi dinamis dari sistem-sistem psikofisik dalam
individu yang turut menentukan cara-caranya yang unik/khas dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungannya.
Koentjaraningrat
(1980) menyebut “kepribadian” atau personality sebagai susunan unusr-unsur
akal dan jiwa yang menentukan perbedaan tingkah laku atau tindakan-tindakan dari
tiap-tiap individu manusia.
Dalam
bahasa populer istilah “kepribadian” juga berarti ciri-ciri watak seseorang individu yang konsisten,
yang memberikan suatu identitas sebagai individu yang khusus. Jika dalam
bahasa sehari-hari kita menganggap bahwa seseorang mempunyai kepribadian,
yang kita maksudkan adalah orang tersebut mempunyai beberapa ciri watak
yang diperlihatkannya secara lahir, konsisten dan konsekuen dalam tingkah lakunya
tersebut memiliki identitas khusus yang berbeda dari individu lainnya.
Newcomb
(1950:344-345), yaitu bahwa kepribadian merupakan orgainisasi dari sikap-sikap yang
dimiliki seseorang sebagai latar terhadap perilakunya.
Setiap manusia mempunyai kepribadian
sendiri-sendiri yang tidak akan sama antara manusia yang satu dan manusia
yang lain. Kepribadian ini merupakan gambaran secara umum dari perilaku
seorang individu yang sangat khas yang dapat terlihat dari perilaku
sehari-hari. Wujud nyata dari kepribadian dapat berupa banyak hal antara lain
sebagai berikut :
a.)
Perangai.
b.)
Kegemaran.
c.)
Sikap atau perilaku.
d.)
Keimanan dan ketakwaan.
e.)
Tutur kata.
f.)
Tanggung jawab.
g.)
Persepsi.
h.)
Prakarsa.
Kepribadian
merupakan perpaduan antara warisan biologis yang diterimaseseorang dari leluhurnya dan
pengaruh lingkungan melalui proses interaksi danproses sosialisasi sejak lahir
hingga dewasa.
Faktor-faktor
yang mempengaruhi kepribadian :
a. Warisan
Biologis
Warisan biologis adalah semua hal yang di terima seseorang sebagai manusia
melalui gen kedua orang tuanya atau sifat turunan dari kedua orang tua .
Contohnya : Ayah Darwin adalah seseorang yang tidak
suka banyak berbicara dan suka berdiam diri, maka sifat itu tanpa di sadari dimiliki juga oleh anaknya
Samuel. Contoh lainya adalah ayah Otis
adalah seorang yang bentuk tubuhnya sangat tinggi dan lebar otomatis Otis akan bertumbuh ke hal yang sama.
b.
Lingkungan Fisik
Pengaruh lingkungan atau fisik terhadap kepribadian manusia
paling sedikit di bandingkan faktor-faktor lainya. Lingkungan fisik tidak
mendorong terjadinya kepribadian khusus seseorang.
BAB III
A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITAN
Metode adalah aspek yang sangat penting dan besar
pengaruhnya terhadap berhasil tidaknya suatu penelitian, terutama untuk
mengumpulkan data. Sebab data yang diperoleh dalam suatu penelitian merupakan
gambaran dari obyek penelitian.
Menurut Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan,
mengembangkan dan menguji suatu pengetahuan dengan menggunakan metode-metode
ilmiah. Dengan upaya mendapatkan dan mengumpulkan data dari kegiatan
penelitian, digunakan langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Pendekatan dalam Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan yang dilakukan adalah
melalui pendekatan kualitatif. Artinya data yang dikumpulkan bukan berupa
angka-angka, melainkan data tersebut berasal dari naskah wawancara, catatan
lapangan, dokumen pribadi, catatan memo, dan dokumen resmi lainnya. Sehingga
yang menjadi tujuan dari penelitian kualitatif ini adalah ingin menggambarkan
realita empirik di balik fenomena secara mendalam, rinci dan tuntas. Oleh
karena itu penggunaan pendekatan kualitatif dalam penelitian ini adalah dengan
mencocokkan antara realita empirik dengan teori yang berlaku dengan
menggunakkan metode diskriptif.
Menurut Keirl dan Miller dalam Moleong yang dimaksud dengan
penelitian kualitatif adalah “tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial
yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia pada kawasannya
sendiri, dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan
peristilahannya”.
Metode kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, di mana peneliti adalah sebagai
instrument kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis
data bersifat induktif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna
dari pada generalisasi.
2.
Jenis Penelitian
Adapun jenis penelitian ini adalah
penelitian deskriptif. Menurut Whitney dalam Moh. Nazir bahwa metode deskriptif
adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif
mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku
dalam masyarakat serta situasi-situasi tertentu, termasuk tentang
hubungan-hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-pandangan, serta
proses-proses yang sedang berlansung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena.
B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Waktu dan tempat penelitian yakni menyangkut kapan dan
tempat dimana penelitian dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti
memperoleh sumber data dari study kepustakaan/deskriptif dimana data diperoleh
dari sumber-sumber data dari internet
Adapun waktu penelitian yaitu pada bulan Februari sampai
bulan Maret.
C. TEKNIK PEGUMPULAN DATA
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah melalui
:
1. Observasi Langsung
Yaitu suatu teknik pengumpulan data
dengan mengadakan penelitian langsung terhadap objek penelitian. Observasi ini
dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran awal dari keadaan yang terjadi di
lokasi, karena itu teknik observasi dilakukan dengan mempermudah pengumpulan
data melalui teknik lainnya.
Tujuan menggunakan metode ini untuk
mencatat hal-hal, perilaku, perkembangan, dan sebagainya tentang pengaruh
kesenian dan kebudayaan dalam pembentukan kepribadian. Observasi langsung juga dapat
memperoleh data dari subjek baik yang tidak dapat berkomunikasi secara verbal
atau yang tak mau berkomunikasi secara verbal.
2. Studi
Kepustakaan
Studi
kepustakaan dapat diartikan sebagai suatu langkah untuk memperoleh informasi
dari penelitian terdahulu yang harus dikerjakan, tanpa memperdulikan apakah
sebuah penelitian menggunakan data primer atau data sekunder, apakah
penelitian tersebut menggunakan penelitian lapangan ataupun laboratorium atau didalam museum. Pengertian studi kepustakaan adalah: Yang dimaksud dengan studi
kepustakaan adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk menghimpun informasi yang relevan
dengan topik atau masalah yang akan atau sedang diteliti. Studi kepustakaan merupakan langkah
yang penting sekali dalam metode ilmiah untuk mencari sumber data sekunder yang akan mendukung
penelitian dan untuk mengetahui sampai ke mana ilmu yang berhubungan dengan penelitian telah
berkembang, sampai ke mana terdapat kesimpulan dan degeneralisasi yang pernah dibuat. Langkah pertama dalam studi
kepustakan memberikan definisi dari setiap variabel yang diteliti, jika terdapat 3 variabel maka ketiga
variabel tersebut didefinisikan dari minimal tiga sumber, sehingga muncul sembilan definisi lalu dibuat
suatu kesimpulan melalui definisi-definisi yang dikutip. Langkah kedua kerangka teori-teori yang mendasari masalah
dan bidang yang akan diteliti dapat ditemukan dengan melakukanstudi
kepustakaan. Selain itu seorang peneliti dapat memperoleh informasi tentang
penelitian-penelitian sejenis atau yang ada kaitannya dengan penelitiannya. Dan
penelitian-penelitian yang telah dilakukansebelumnya. Dengan melakukan studi
kepustakaan, peneliti dapat memanfaatkan semua informasi dan pemikiran-pemikiran yang relevan
dengan penelitiannya. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan, ketetapan-ketetapan, buku tahunan,
ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik tercetak maupun elektronik lain.
D. ANALISIS DATA
Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan
mengurutkan data kedalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat
ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan
oleh data.
Dari rumusan di atas dapatlah kita tarik garis besar bahwa
analisis data bermaksud pertama-tama mengorganisasikan data. Data yang
terkumpul banyak sekali dan terdiri dari catatan lapangan, komentar peneliti,
gambar, foto, dokumen berupa laporan, biografi, artikel, dan sebagainya.
Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan
metode pengumpulan data di atas, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis
data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif,
tanpa menggunakan teknik kuantitatif.
Analisis
deskriptif-kualitatif merupakan suatu tehnik yang menggambarkan dan
menginterpretasikan arti data-data yang telah terkumpul dengan memberikan
perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek situasi yang diteliti pada saat
itu, sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan
sebenarnya. Menurut M. Nazir bahwa tujuan deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai
fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.
NILAI-NILAI KESENIAN DAN KEBUDAYAAN
Menurut (Purwadarminto, 1976), kata “nilai”
diartikan sebagai harga, kadar, mutu atau kualitas. Untuk mempunyai nilai maka
sesuatu harus memiliki sifat-sifat yang penting yang bermutu atau berguna dalam
kehidupan manusia. Dalam estetika, “nilai” diartikan sebagai keberhargaan
(worth) dan kebaikan (goodness). Menurut Koentjaraningrat,“nilai” berarti suatu
ide yang paling baik, yang menjunjung tinggi dan menjadi pedoman
manusia/masyarakat dalam bertingkah laku, mengapresiasi cinta, keindahan,
keadilan, dan sebagainya. Nilai seni dipahami dalam pengertian kualitas yang terdapat
dalam karya seni, baik kualitas yang bersifat kasat mata maupun yang tidak
kasat mata. Nilai-nilai yang dimiliki karya seni merupakan manifestasi dari
nilai-nilai yang dihayati oleh seniman/seniwati dalam lingkungan sosial budaya
masyarakat yang kemudian diekspresikan dalam wujud karya seni dan
dikomunikasikan kepada penikmatnya (publik seni).
Menurut The Liang Gie jenis nilai
yang melekat pada seni mencakup:
1) Nilai keindahan,
2) Nilai pengetahuan,
3) Nilai kehidupan.
Nilai keindahan dapat pula disebut nilai estetis, merupakan
salah satu persoalan estetis yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan
menurut luasnya pengertian, yakni:
a. Keindahan dalam arti luas (keindahan
seni, keindahan alam, keindahan moral dan keindahan intelektual).
b.
Keindahan dalam arti estetis murni.
c.
Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan
penglihatan pada prinsipnya mengkaji tentang hakikat keindahan dan
kriteria keindahan yang terdapat di alam, dalam karya seni dan benda-benda
lainnya.
Dalam kecenderungan perkembangan
seni, keindahan positif tidak lagi menjadi tujuan yang paling penting dalam
berkesenian. Sebagai seniman beranggapan lebih penting menggoncang publik
dengan nilai estetis negatif (ugliness) daripada menyenangkan atau memuaskan
mereka. Fenomena semacam ini akan kita jumpai pada karya-karya seni primitif atau karya seni lainnya yang tidak
mementingkan keindahan tampilan visual namun lebih mementingkan makna
simboliknya. “Ugliness” dalam karya seni termasuk nilai estetis yang negatif.
Jadi sesungguhnya dalam karya seni terdapat nilai estetis yang positif dan
negatif.
Nilai-nilai budaya merupakan nilai- nilai yang
disepakati dan tertanam dalam suatu masyarakat, lingkup organisasi, lingkungan
masyarakat, yang mengakar pada suatu kebiasaan, kepercayaan (believe),
simbol-simbol, dengan karakteristik tertentu yang dapat dibedakan satu dan lainnya
sebagai acuan prilaku dan tanggapan atas apa yang akan terjadi atau sedang
terjadi.
Nilai-nilai
budaya akan tampak pada simbol-simbol, slogan, moto, visi misi, atau sesuatu
yang nampak sebagai acuan pokok moto suatu lingkungan atau organisasi.
Ada tiga hal yang terkait dengan
nilai-nilai budaya yaitu :
- Simbol-simbol, slogan atau yang terlihat kasat mata (jelas),
- Sikap, tindak laku, gerak gerik yang muncul akibat slogan serta motto tersebut,
- Kepercayaan yang tertanam (believe system) yang mengakar dan menjadi kerangka acuan dalam bertindak dan berperilaku (tidak terlihat).
B.
PERAN
KESENIAN DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN REMAJA
Kesenian
sebagai induk dari kemampuan estetika memiliki peran yang beragam dalam
pembentukan kepribadian. Peran Kesenian bersifat multidimensional,
multilingual, dan multikultural. Dalam menghadapi perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi dan informasi diperlukan pengembangan kemampuan dalam
berbahasa visual, rupa, bunyi dan gerak.
Berbagai
kemampuan berbahasa ini dapat dikembangkan melalui pendidikan seni yang
bersifat multilingual. Melalui Kesenian berbagai kemampuan dasar manusia
seperti fisik, perseptual, pikir, emosional, kreativitas, sosial, dan estetika
dapat dikembangkan.
Kesenian
juga mengembangkan imajinasi untuk memperoleh berbagai kemungkinan gagasan
dalam pemecahan masalah serta menemukan pengetahuan dan teknologi baru secara
aktif dan menyenangkan. Bila berbagai kemampuan dasar tersebut dapat berkembang
secara optimal akan menghasilkan tingkat kecerdasan emosional, intelektual,
kreatif, moral dan edversity tinggi.
Seni
sebagai media pendidikan memuat arti
bahwa melalui seni pendidikan/pengajaran harkat kemanusiaan dibina. Di dalamnya
dipelajari makna pembinaan individu agar lebih dewasa, mempunyai kepribadian
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Yang dimaksud dengan individu pada
kalimat tersebut di atas, mengandung makna
berarti satu dan devide berarti terpecah/bagian
menjadi individu berarti satu namun terdiri dari bagian-bagian. Bagian tersebut
adalah piker atau sebagai substansi dari cipta, rasa dan kehendak atau karsa.
Dengan demikian kesenian yang dimaksud di atas bertujuan untuk membina ketiga
komponen individu tersebut
(istilah
cipta, rasa dan karsa ini diambil dari Ki Hajar Dewantara). Seperti halnya mata
pelajaran yang lain dalam hal ini
matematika, serumit apapun dan sesukar apapun ternyata bertujuan untuk meningkatkan harkat
kemanusiaan di atas. Kebetulan fungsi utamanya adalah melatih pikiran.
Sedangkan kesenian tugas utamanya adalah melatih perasaan estetis.
Fungsi
dan Tujuan Seni
a.
Fungsi Religi/Keagamaan
Karya seni sebagi pesan religi atau keagamaan. Contoh :
kaligrafi, busana muslim/muslimah, dan lagu-lagu rohani. Seni yang digunakan untuk sebuah
upacara yang berhubungan dengan upacara kelahiran, kematian, ataupun
pernikahan. Contoh : Gamelan yang dimainkan pada upacara Ngaben di Bali yakni
gamelan Luwang, Angklung, dan Gambang. Gamelan di Jawa Gamelan Kodhok Ngorek,
Monggang, dan Ageng.
b.
Fungsi Pendidikan
Seni sebagai media pendidikan misalnya musik. Contoh : ansambel karena didalamnya terdapat
kerjasama, angklung
dan gamelan juga bernilai pendidikan
dikarenakan kesenian tersebut mempunyai nilai sosial, kerjasama, dan disiplin.
Pelajaran menggunakan bantuan karya seni. Contoh : gambar ilustrasi buku
pelajaran, film ilmiah atau dokumenter, poster, lagu anak-anak, alat peraga IPA.
c.
Fungsi Komunikasi
Seni dapat digunakan sebagai alat komunikasi seperti pesan,
kritik sosial, kebijakan, gagasan, dan memperkenalkan produk kepada masyarakat.
Melalui media seni tertentu seperti, wayang kulit, wayang orang dan seni
teater, dapat pula syair sebuah lagu yang mempunyai pesan, poster, drama
komedi, dan reklame.
d.
Fungsi Rekreasi/Hiburan
Seni yang berfungsi sebagai sarana melepas kejenuhan atau
mengurangi kesedihan, Sebuah pertunjukan khusus untuk berekspresi atau
mengandung hiburan, kesenian yang tanpa dikaitkan dengan sebuah upacara ataupun
dengan kesenian lain.
d. Fungsi Artistik
Seni yang berfungsi sebagai media
ekspresi seniman dalam menyajikan karyanya tidak untuk hal yang komersial,
misalnya terdapat pada musik kontemporer, tari kontemporer, dan seni rupa
kontemporer, tidak bisa dinikmati pendengar/pengunjung, hanya bisa dinikmati para
seniman dan komunitasnya.
f.
Fungsi Guna (seni terapan)
Karya seni yang dibuat tanpa memperhitungkan kegunaannya
kecuali sebagai media ekspresi disebut sebagai karya seni murni, sebaliknya
jika dalam proses penciptaan seniman harus mempertimbangkan aspek kegunaan,
hasil karya seni ini disebut seni guna atau seni terapan. Contoh : kriya, karya seni yang dapat
dipergunakan untuk perlengkapan/peralatan rumah tangga yang berasal dai gerabah
dan rotan.
g.
Fungsi Seni untuk Kesehatan (Terapi)
Pengobatan untuk penderita gangguan physic ataupun medis
dapat distimulasi melalui terapi musik, jenis musik disesuaikan dengan latar
belakang kehidupan pasien. Terapi musik telah terbukti mampu digunakan untuk
menyembuhkan penyandang autisme, gangguan psikologis trauma pada suatu
kejadian, dan lain-lain. Menurut Siegel (1999) menyatakan bahwa musik klasik
menghasilkan gelombang alfa yang menenangkan yang dapat merangsang sistem
limbic jarikan neuron otak. Menurut Gregorian bahwa gamelandapat mempertajam pikiran.
C.
PERAN
KEBUDAYAAN DALAM
MEMBENTUKAN KEPRIBADIAN
Kepribadian mencakup kebiasaan-kebiasaan,
sikap, dan sifat yang khas dimiliki seseorang yang berkembang apabila orang
tadi berhubungan dengan orang lain. Kepribadian sebenarnya merupakan organisasi dari faktor-faktor biologis, psikologis,
dan sosiologis yang mendasari perilaku individu. Faktor-faktor tersebut
mempengaruhi suatu individu baik secara langsung maupun tidak langsung.
Dalam menelaah pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian,
sebaiknya dibatasi pada bagian kebudayaan yang secara langsung mempengaruhi
kepribadian. Berikut tipe-tipe kebudayaan khusus yang nyata mempengaruhi bentuk
kepribadian yakni:
1. Kebudayaan-kebudayaan khusus atas
dasar faktor kedaerahan. Di sini dijumpai
kepribadian yang saling berbeda antara individu-individu yang merupakan anggota
suatu masyarakat tertentu, karena masing-masing tinggal di daerah yang tidak
sama dan dengan kebudayaan-kebudayaan khusus yang tidak sama pula.
2. Cara hidup di kota dan di desa yang
berbeda (urban dan rural ways of life). Contoh perbedaan antara
anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang dibesarkan di desa. Anak
kota terlihat lebih berani untuk menonjolkan diri di antara teman-temannya dan
sikapnya lebih terbuka untuk menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan
kebudayaan tertentu. Sedangkan seorang anak yang dibesarkan di desa lebih
mempunyai sikap percaya diri sendiri dan lebih banyak mempunyai sikap menilai (sense
of value).
3. Kebudayaan khusus kelas sosial. Di
dalam setiap masyarakat akan dijumpai lapisan sosial karena setiap masyarakat
mempunyai sikap menghargai.
4. Kebudayaan khusus atas dasar agama. Agama juga mempunyai
pengaruh besar di dalam membentuk kepribadian seorang individu. Bahkan adanya
berbagai madzhab di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian yang
berbeda-beda pula di kalangan umatnya.
5. Kebudayaan berdasarkan profesi.
Pekerjaan atau keahlian juga memberi pengaruh besar pada kepribadian seseorang.
Kepribadian seorang dokter, misalnya, berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara, dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara-cara
mereka bergaul.
Budaya
membentuk norma, sikap, dan nilai yang diwariskan dari satu generasi ke
generasi berikutnya dan menghasilkan konsistensi seiring berjalannya waktu
sehingga ideologi yang secara intens berakar di suatu kultur mungkin hanya
memiliki sedikit pengaruh pada kultur yang lain.
Berikut
uraian dari setiap kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada,
berkaitan dengan peranan kebudayaan dalam membentuk kepribadian :
1.
Kekuatan (Strength)
Budaya
bertindak sebagai mekanisme alasan yang masuk akal (sense-making) serta
kendali yang menuntun dan membentuk sikap, perilaku dan kepribadian seseorang .
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan adalah seseorang/masyarakat
sebagai pelaku kebudayaan dan kebudayaan merupakan objek yang dilaksanakan
seseorang/masyarakat.
Budaya meningkatkan stabilitas sistem sosial karena budaya
adalah perekat sosial yang membantu menyatukan masyarakat/organisasi dengan
cara menyediakan standar mengenai apa yang sebaiknya dikatakan dan dilakukan
oleh seseorang atau masyarakat.
Budaya memfasilitasi lahirnya komitmen terhadap sesuatu yang
lebih besar daripada kepentingan individu. Artinya dengan budaya seseorang bisa
menjadi pribadi yang lebih tanggung jawab bukan hanya untuk dirinya tetapi bagi
orang lain ataupun masyarakat.
2.
Kelemahan (Weekness)
Budaya berperan sebagai penentu batas-batas, artinya budaya
menciptakan perbedaan atau yang membuat unik suatu masyarakat dan membedakannya
dengan masyarakat lainnya dan kebanyakan masyarakat kita tidak mengenal budaya
daerah lain.
Masuknya budaya asing melalui berbagai media, baik itu media
massa maupun elektronik yang secara tidak langsung menggeser nilai-nilai budaya
luhur yang telah lama diadopsi oleh masyarakat akan mempengaruhi pola pikir dan
tingkah laku serta kepribadian seseorang atau masyarakat.
Agama
juga mempunyai pengaruh besar di dalam membentuk kepribadian seorang individu.
Bahkan adanya berbagai madzhab di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian
yang berbeda-beda pula di kalangan umatnya.
3.
Peluang (Opportunity)
Perkembangan Ilmu pengetahuan dan
teknologi yang sangat pesat, dapat dimanfaatkan sebagai sarana untuk
memperkenalkan kebudayaan bangsa dari daerah lain selain daerah asal yang tidak
dapat dijangkau kepada masyarakat agar mereka pun dapat mengenalnya.
Memperkenalkan kebudayaan bangsa
sejak dini kepada generasi penerus bangsa sehingga kebudayaan yang dimiliki
oleh setiap bangsa atau
daerah lebih dikenal oleh generasi muda kita.
Keanekaragaman budaya yang ada disuatu negara maupun daerah yang berbeda-beda
membentuk masyarakat dengan tradisi, adat istiadat dan pemikiran yang berbeda
dalam masyarakat yang dapat dijadikan titik acuan dalam membentuk kepribadian
seseorang atau kelompok masyarakat. Karena melalui kebudayaan manusia dapat
bertukar pikiran dan dapat menjadi motivasi bagi daerah atau negara lain untuk menjadi lebih baik
di segala bidang kehidupan.
4. Ancaman (Threat)
Perubahan sosial
budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam
suatu masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat dan sifat dasar
manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan.
Penetrasi kebudayaan, Masuknya sebuah
kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak. Contohnya, masuknya kebudayaan barat ke Indonesia pada zaman
penjajahan disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan
yang merusak keseimbangan dalam masyarakat.
Kemajuan teknologi yang mengakibatkan pergeseran nilai-nilai
budaya dan mempengaruhi kebudayaan dikalangan generasi muda kit
BAB
V
PENUTUP
A.
SIMPULAN
1. Kesenian
adalah bagian dari budaya dan merupakan sarana yang digunakan untuk
mengekspresikan rasa keindahan dari dalam jiwa manusia.
2.
Setiap
kebudayaan memberikan pengalaman terhadap kepribadian tiap–tiap individu yang
tumbuh di daerahnya dan pengalaman masyarakat atau kebudayaan akan membentuk suatu metode kepribadian atau
karakter seseorang dalam
bermasyarakat.
3.
Dalam kesenian terdapat nilai estetis negatif dan
positif. Nilai estetis negatif (ugliness) tidak mementingkan
keindahan tampilan visual namun lebih
mementingkan makna simboliknya
sedangkan
nilai estetis positif adalah nilai estetis yang memang mementingkan keindahan tampilan visualnya.
4. Peran
Kesenian dalam membentuk kepribadian
bersifat multidimensional, multilingual, dan multikultural. Dalam menghadapi
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan informasi diperlukan pengembangan
kemampuan dalam berbahasa visual, rupa, bunyi dan gerak yang dihasilkan dari kesenian itu sendiri.
5. Kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan yang ada berkaitan dengan peranan kebudayaan dalam membentuk
kepribadian.
B.
SARAN
1. Diharapkan
penelitian ini terus
dilanjutkan untuk kebudayaan-kebudayaan yang lain agar khasanah-khasanah budaya
Indonesia dapat dikenal oleh seluruh masyarakat Indonesia yang dapat mencerminkan kepribadian remaja Indonesia.
2. Disarankan
untuk kita sebagai generasi muda untuk memahami, melastarikan dan menggali kesenian dan kebudayaan yang
telah diwariskan nenek moyang kita dan dikembangkan seiring dengan perkembangan
zaman untuk tetap memperkaya budaya bangsa Indonesia guna dapat membentuk kepribadian yang sesuai dengan
kepribadian asli remaja Indonesia.
3. Menjaga
kelestarian budaya lokal merupak suatu hal yang menajdi kewajiban setiap
masyarakat, agar nilai-nilai luhur yang telah ada sejak dulu tetap menyatu
dengan kepribadian setiap masyarakat.
4. Kewajiban
melestarikan kebudayaan bukan hanya menjadi kewajiban dari masyarakat, tapi
seluruh pihak berkewajiban atas hal tersebut, khususnya pemerintah untuk terus
mendukung unsur-unsur pengembangan kebudayaan lokal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar