Dentingan kata demi kata terasa berat dalam jiwaku yang
lara. Senyapnya malam membuat pilu tulang-tulang ragaku. Dadaku sesak dengan
sejuta kekesalan, kekecewaan karna malasah yang tak kunjung henti dikeluargaku.
Malam itu hatiku sedang kalut dengan masalah orang tuaku yang terus menerus
bertengkar. Aku melarikan diri dari rumah. Kutelusuri jalan-jalan yang dihiasi
gemerlapnya lampu malam. Kuikuti kata hatiku yang melangkah perlahan.
Aku arahkan kakiku ke rumah Taufan. Taufan adalah
sahabatku, dia adalah sahabat kecilku yang sangat mengerti aku. Kuketuk pintu
rumahnya, sepi. Pintu itu tetap tertutup. Kurebahkan tubuhku dikursi yang
terletak di terasnya. Untungnya tak berapa lama dia datang.
“Masuk” katanya
dengan mata yang masih berat untuk dibuka.
Di kamar, Taufan
langsung tidur. Kurebahkan tubuhku di sampingnya. Kulihat langit-langit kamar
dengan pikiran yang kosong sampai aku terlelap tidur.
***
Keesokan harinya kulihat ayah dan ibuku di televisi rumah
Taufan, kira-kira tepat pukul 1 siang aku terbangun, itu adalah berita tivi
yang menayangkan bahwa ibuku menggugat cerai ayahku. Wajar berita ini sampai di
publikasikan melalui media, ayahku adalah seorang pejabat tinggi negeri dan
ibuku adalah seorang pelukis terkenal di ibukota. Hatiku remuk tak berdaya
mendengar berita itu, dan spontan air mataku jatuh begitu saja membasahi
pipiku. Tiba-tiba langkah kaki mendekatiku,
“Rio yang sabar yah, aku juga merasa sedih melihat berita
orang tuamu, meskipun orangtuamu berpisah, kamu masih punya aku sahabat yang juga
sayang padamu” sahut Taufan sambil perlahan memelukku.
“ Iya, makasih yah Fan, kau memang sahabat terbaikku”
sahutku dengan nada tersedu-sedu.
***
Itu adalah kejadian 2 tahun silam, tepat di hari ulang
tahunku pengadilan resmi menyatakan perceraian kedua orang tuaku, 27 September
2009 aku tak kuasa mengingat hal itu. Kini aku dan mereka hidup terpisah, aku
memiliki apartement mewah di daerah cibubur hadiah dari ayahku ketika aku berusia
17 tahun, ayah sendiri tinggal di rumah lama kami di Jakarta Pusat, sedangkan
ibuku tinggal di Malang berkarya sambil merawat nenekku yang sudah lanjut usia.
Aku memandang malam di luar jendela apartemenku, di lantai
tiga belas. Senja baru saja berwujud menjadi malam. Namun di ketinggian, aku
dapat melihat sisa-sisa siang di balik gedung-gedung. Samar-samar klakson
kendaraan terjebak macet terdengar dari pintu balkon yang terbuka. Tak lama
terdengar lengkingan sirine yang begitu keras di telingaku. Iring-iringan
pejabat kota bersedan hitam lewat. Sejenak yang terdengar sirine saja. Sekejap
sudah menjauh. Rupanya mereka sudah terburu-buru.
Kemudian, kembali terdengar
hiruk pikuk di jalan raya. Aku selalu menikmati pemandangan senja dari
apartemenku serta di temani segelas besar coklat panas. Rambutku yang gondrong
dan menutupi telinga, bergerak-gerak di tiup angin. Terkadang aku ingin
menikmati suasana seperti ini lebih lama. Lebih lama dan lebih lama . . .
Dan lengkingan Michael Jackson,
di handphone menggagalkan keinginanku, handphoneku berdering menandakan sebuah
pesan singkat dari ibu, megingatkanku agar tidak absen sholat tarwih pertama pada malam
itu, dimana besok jatuh pada tanggal 1 Agustus 2011 bertepatan dengan 1
Ramadhani 1432 Hijriah. Aku tersenyum mebaca pesan singkat itu. Dan akhirnya
pesan singkat itu aku balas dengan mengingatkan ibu agar dia dapat menjalani
aktivitasnya di bulan Ramadhan dengan baik dan terus mengingat Allah.
Suara adzan magrib dari tivi
terdengar jelas di telingaku akhirnya aku segera mengambil air wudhu lalu
melaksanakan sholat magrib. Waktu menunjukkan pukul 18.36 WIB, Aku menuggu
ayahku yang tak kunjung terlihat batang hidungnya, aku ingin sekali mengajak
ayah melaksanakan sholat tarwih bersama tapi sayang, ayahku adalah seorang
pejabat tinggi negeri dengan seribu macam kesibukannya.
“Bi,
meja makannya jangan lupa di bereskan yah, saya mau ke Mesjid dulu” teriakku
kepada pembantuku Bi’ Imah.
“ Iyah, tuan.”
“Aku berangkat yah bi’, bibi
jangan kemana-mana, jaga rumah aja sambil istirahat”.
Bi’
Imah hanya tersenyum menatapku, dia memang pembantuku tetapi dia sangat
menyayangiku seperti anaknya sendiri, dia telah merawatku sejak aku dilahirkan,
sehingga dia aku anggap seperti ibuku sendiri. Akupun bergegas megambil alat
sholatku dan berangkat ke Mesjid Al-Madinah di sekitar apartemenku. Di
sepanjang perjalanan aku kecewa karena ayah tidak dapat menemaniku, tapi apalah
daya aku harus mengerti kesibukan ayahku, pastilah dia tidak sempat mampir di
apartementku hanya untuk menjalankan sholat tarwih pertama sedangkan dia begitu
sibuk mengurus urusan kantornya.
Setibaku di Mesjid Al-Madinah,
hatiku begitu tenang dan tentram, aku begitu nyaman ketika pertama kalinya aku
melangkahkan kakiku ke Mesjid itu di malam pertama tarwih.
“Hai bro, kamu
sendirian” sapa temanku Dodi.
“Iya, aku sendirian, biasa si big boss lagi sibuk dengan
urusan kantornya, dia mana punya waktu untukku” sahutku mengeluh.
“Sabar, aku mengerti keadaanmu, kamukan cowo’, masa ngeluh
hanya karna ayahmu tidak menemanimu sholat tarwih” sahut Dodi sambil menepuk
pundakku.
“Iya, makasih yah Dod, ayo sholat dulu, nanti kita lanjut
lagi” ujaru tersenyum.
Sebelum sholat tarwih, terlebih dahulu jamaah Masjid
Al-Madinah melaksanakan sholat Isya’, dalam sholat Isya’ku, aku berdoa dalam
hati kecilku.
“Yaa Allah, usiaku saat ini sudah menginjak 21 tahun, aku
sudah semakin dewasa, berikanlah aku petunjuk jalan kebenaranmu, tunjukkanlah
aku jalan yang benar, jika itu salah jauhkanlah aku, dan jika perbuatan itu
benar perlihatkanlah aku kebenarn dari setiap langkahku begitupula dengan keluargaku,
ayah dan ibuku, amin Ya Allah” sambil menyapu mukaku berharap do’aku di
kabulkan Sang Pencipta.
Di perjalanan pulang ke apartementku, aku bertemu dengan
Dodi kembali.
“Rio”, teriak Dodi.
“Iya, ada apa Dod.”
“Nggak, aku hanya ingin menyapamu, ngomong-ngomong
bagaimana hubunganmu dengan Sekar?”
“Baik-baik aja, kenapa ? balasku tersenyum.
“Kalian masih pacarankan?”
“Iya, kami berdua masih pacaran kok, kenapa? kamu belum
jawab pertanyaanku” ujarku dengan nada penasaran.
“Nggak, aku cuman mau tau, soalnya di kampus udah jarang
aku liat kalian jalan berdua.”
“Oh iya, aku sibuk ngurus skripsi aku, jadinya kami jarang
ketemuan, paling pacaran lewat sms atau telphonan doang, dia juga sibuk sama
temen-temennya.”
“Oh gitu, yaudah deh, aku kiraan kalian udah putus lagi,
Sekar sekarang udah punya temen baru yah ?”
“Temen baru, kok aku gak tau yah?” sahutku.
“Yahkan kamu sibuk”, sahut Dodi ngeledek.
“hehehehe, iyah, yaudah kalau dia punya temen baru aku
percaya dia kok, eh, udah nyampe nih, aku masuk dulu yah”.
“Monggo, sampai jumpa besok yah Rio”
“Iya, Dod, ujarku sambil tersenyum.
Akupun masuk kedalam apartementku, terlebih dahulu aku
mengecek keaadaan Bi’ Imah, ia telah tertidur dengan lelapnya, mungkin ia
sangat kecapean setelah bekerja seharian penuh untukku. Setelah itu barulah aku
ke kamar tidurku, aku langsung menuju ke tempat tidur, sebelum memejamkan mata
aku berdo’a dan berharap semoga esok hari sesuai dengan keinginanku dan dapat
berjalan lancar, amin J
***
Esok harinya tepat pukul 04.30
WIB, Bi’ Imah membangunkanku, ternyata itu adalah sahur pertama, lalu aku
bergegas membasuh muka dan menuju meja makan, Bi’ Imah telah menyiapkan makanan
kesukaanku, kangkung tumis dan ikan bakar serta coklat panas kesukaanku.
Setelah santap sahur, ku nyalakan handphoneku yang semalam ternyata lowbat
total, 5 panggilan tak terjawab dari ‘My Lovely Sekar’ dan 2 pesan baru, pesan
dari Sekar kekasihku yang isinya sama dimana sebuah pesan singkat yang
menyuruhku agar dapat melaksanakan sahur pertama ini dengan makan yang banyak
supaya besok aku dapat kuat puasa pertama katanya, aku tersenyum membacanya,
dan aku balas, ‘Iya sayang, kamu juga yah, makannya yang banyak yah J’.
Siang harinya aku berkunjung ke
rumah Sekar, ku ketuk pintu rumahnya sesekali ku tekan bel yang ada di teras
rumahnya, terdengar kedua orang tuanya sedang bertengkar hebat, entah apa yang
mereka pertengkarkan, suara dari dalam rumah Sekar begitu gaduh, tak lama
kemudian, pembantu Sekar membuka pintu rumah Sekar.
“Eh, mas Rio, cari neng Sekar
yah?” tanya pembantu Sekar.
“Iya bi’, Sekarnya ada ?”
“Neng Sekar lagi keluar mas,
sejak tadi pagi ia keluar rumah, ntah pergi kemana, mungkin dia jenuh kali mas
tinggal di rumah yang orang tuanya ribut mulu.” Balas pembantunya Sekar dengan
nada mengeluh sambil melirik ke dalam rumah.
“Emang Sekar sering keluar gitu
bi’?”
“Aduh mass, nggak usah di
tanyain dah, neng Sekar udah sering gitu, sejak tuan sama nyonya bertengkar
mulu, mungkin udah pengen sebulan kali yah mas.”
“Masa sih bi’? kasihan banget
Sekar, kalau Sekar udah balik ke rumah, sampein salam aku aja deh bi’, hhmmm,
kalau gitu aku pulang dulu deh bi’” sahutku pamit sama pembantunya.
“Iyah deh mas, ntar aku sampein
ke neng Sekar.” Balasnya.
Akupun pulang dengan rasa khawatir mendalam terhadap
kekasihku, aku selalu mencoba menghubungi handphonenya, tapi sudah tidak aktif
lagi. Sekar adalah pacar pertamaku, dan aku berharap dia juga akan menjadi
pacar terkhirku, dia teman SMAku dulu dan masih satu kampus denganku, kami sudah
5 tahun merajut cinta bersama, aku sangat mencintai dan menyayanginya, akupun
tau kalau dia begitu menyayangi dan mencintaiku, dia gadis yang selalu ada
untukku, apalagi ketika aku ditimpa masalah keluarga, dia tak henti-hentinya
memberikan aku semangat kehidupan. Tapi kini dia begitu berbeda, aku sudah
mencoba mencarinya, tapi aku tak dapat menemukannya. Setiap aku ke rumahnya dia
selalu tidak ada di rumah, kata pembantunya teman-teman Sekar yang datang
berkunjung ke rumahnya juga tidak tau siapa teman Sekar saat ini.
***
Aku menjalani hari-hariku di
bulan Suci Ramadhan ini dengan penuh kegelisahan hati, aku tak henti-hentinya
terus berdo’a kepada Allah agar aku dipertemukan dengan kekasihku kembali, kini
sholat fardhuku sudah tidak pernah aku tinggalkan, begitu juga dengan sholat
tarwihku, aku rajin melaksanakan ibadah sejak orang tuaku bercerai, Allah swt.
begitu sangat menyayangiku, meskipun aku mengalami kenyataan pahit perceraian
orang tuaku tetapi Alla swt. memberikan jalan ke taqwaan untukku.
Setelah seminggu akul ibur, hari
Senin ini tepat mahasiswa (i) Universitas Indonesia tempat aku ingin
mnyelesaikan Pendidikan jenjang Strata 1 jurusan Hukum kembali menghanyutkanku
dengan dunia perkuliahan, aku cukup sibuk, mengingat skripsiku secepatnya mesti
aku selesaikan, di satu sisi aku sangat khawatir dan gelisah memikirkan
kekasihku Sekar, rindu mendalampun juga telah merasuki nadiku, aku sungguh
kangen dia Yaa Allah. Beberapa jam aku di kampus, ketika jam mata kuliahku hari
itu habis, aku segera menghampiri ruangannya Sekar, dia ternyata sudah tidak
berada di dalam. Dan di perjalanan menuju parkiran aku melihat Sekar,
“Sayang, Sekarr . . . Sekar . .
.” teriakku.
Sekar tidak membalas teriakan
ku, dia memang terlihat terburu-buru, dan langkahnya begitu cepat sehingga aku
tak dapat memburunya lagi, dia pergi meninggalkan ku, di jemput oleh seorang
perempuan dengan dandanan gaul serta pakaian hitam-hitam ala anak punk, aku
khawatir kekasihku sudah salah brgaul.
***
Hari ke-17 Ramadhan ayahku
terlibat kasus Korupsi, beritanya sudah tersebar ke seluruh pelosok negeri,
setiap hari berita tivi hanya menayangkan kasus ayahku, ia telah mengambil hak
orang lain yang diperkirakan mencapai 5 Triliun rupiah. Aku begitu terpukul mendengar berita itu, aku
tak tau mengapa Tuhan memberikanku cobaan sperti ini, belum lagi aku melupakan
kasus perceraian ibuku, ramadhan tahun ini ayahku terlibat Korupsi, dan selama
ini aku memakan uang haram dari ayahku. Aku terus berdo’a agar tetap dalam
lindungan Allah, padahal semenjak perceraian orang tuaku, aku merasa semakin
dekat dengan Allah swt. tetapi kenapa ayahku berbuat dosa sebesar itu Tuhan ?
Aku tak dapat menahan air mataku. Rumah, apartement, mobil
serta harta bendaku ayahku di sita semua, termasuk barang milikku. Aku diminta
ibu untuk tinggal bersamanya di Malang, tapi tanggung, kuliahku sudah hampir
selesai, aku terpaksa menyewa kost sederhana dekat kampusku, hidupku kini
berubah 270°, aku memang hidup pas-pasan tapi hidupku jauh lebih tentram,
karna di bulan Ramadhan ini keimanan dan ketaqwaanku semaki meningkat. Tiga
hari setelah ayahku resmi menjadi tersangka tepatnya pada tanggal 19 Ramadhan
aku datag berkunjung ke rumah tahan tempat ayahku di penjara, setiba disana aku
langsang memeluknya. Air matanya jatuh dan spontan air matakupun terjatuh
melihat ayahku.
“Nak, maafkan kesalahan ayah selama ini, ayah adalah manusia yang
sudah berlumuran dosa, ayah harap kau tetap menyayangi ayahmu yang sudah sangat
berdosa ini nak”, sahut ayahku dengan suara tersedu-sedu dan begitu memohon
padaku.
“Apapun yang terjadi pada ayah, ayah tetap ayahku, tidak ada yag
dapat menggantikan posisi ayah, sekalipun ayah memiliki dosa yang begitu besar,
sampai akhir hayatpun aku akan tetap menyayangimu ayah”.
“Terima kasih nak, ayah sangat bangga padamu, kau begitu kuat
dalam menghadapi masalah-masalah keluarga kita, ayah harap kau tidak akan
sperti ayah yag berdosa ini”.
“Itu adalah kewajibanku sebagai
anak yang menyayangi kedua orang tuanya, ini adalah cobaan dari Allah untuk
kita, keimanan dan ketqawaan kita sedang di uji ayah, disinilah saatnya kita
bertobat atas kesalah kita selama ini, Tuhan akan memaafkan segala kesalahan
hambanya jika ia bertobat ayah, ayah harus kuat”.
“Maaf, 5 menit lagi waktunya
kunjugan anda habis”. Potong pak polisi yang sedang menjagaku dan ayah.
“Ayah harus tetap berada di
jalan Allah, dan jangan sekali-kali melupakan-Ny ayah, semua akan ada
hikmahnya, ini membuat ayah akan lebih sabar dan tabah dalam menghadapi
masalah”.
“Iya nak, ayah begitu sayang
padamu”, kata ayahnya yang kemudian di bawa ke balik jeruji besi kembali.
“Iya ayah, aku juga sangat
sayang padamu”, terikku .
Akupun keluar dari rumah tahanan
itu, walaupun aktunya begitu singkat, itu sudah membuatku lega telah bertemu
dengan ayahku kembali, aku juga sudah begitu bersyukur memiliki ayah yang telah
di berikan hidayah dari masalah yang telah di titipkan Allah untuknya, agar
ayah dapat lebih beriman kepada Sang Pencipta J
***
Keesokan harinya, tepatnya pada
suasana sore di ibukota aku melihat Sekar di parkiran kampus, aku mengikuti dia
sampai ke stasiun. Aku melihat dia masuk gerbong kereta yang sudah banyak
coretan. Aku mengintip dari lbang kecil. Aku melihat Sekar bersama gerombolan
anak-anak jalanan seperti sedang berpesta. Betapa kagetnya aku ketika aku
melihat kekasihku menghisap ganja dengan santai. Tubuhku benar-benar menggigil
ingin rasanya masuk dan menghancurkan semuanya. Dengan kesabaran yang masih
tersisa aku menunggu kekasihku keluar dari gerbong laknat tersebut. Dengan
tubuh sempoyongan Sekar keluar dari gerbong, ketika melihatku ia langsung
menggandeng tanganku dan dibawanya lari. Kami berhenti di bawah jembatan rel
kereta api, kami saling membisu. Tiba-tiba Sekar menangis sambil memukuli
kepalanya. Mataku tak bisa melihat kekasihku seperti itu, aku dekap erat
tubuhnya dan akupun tak kuasa menahan air mataku.
Aku lalu mengantar Sekar pulang
ke rumahnya, meski lesu dia terus berjalan. Kulihat wajahnya semakin semakin
pucat dan langkahnya sudah tak teratur. Aku gendong tapi dia tidak mau. Dia ingin
menemaniku jalan sampai rumah. Jam sembilan malam dia mulai sakau, tubuhnya
menggigil sangat hebat, rintihan kesakitan keluar dari mulutnya yang kering.
Sambil memukuli kepalanya, dia juga menggigit tangannya. Aku tidak tahu apa
yang harus aku lakukan. Aku bawa dia ke kamar mandi aku siram tubuhnya dengan
air. Namun semua itu tidak membuatnya tenang, hatiku semakin gelisah. Aku lari
keluar rumahnya menuju stasiun, aku beli sabu-sabu dari gerbong busuk itu. Aku
berikan kepada Sekar dan dihirupnya beberapa saat kemudian dia tenang, aku
peluk dia dengan cucuran air mata.
Pembantu Sekar juga ikut
khawatir melihat majikannya, ia menemaniku menjaga Sekar, hingga keesokan
paginya, aku terbangun ketika ibu Sekar telah berada di rumah, ia heran melihat
kami, tak lama kemudian ayah Sekar datang, dan akhirnya aku menceritakan semua
kejadian yang telah menimpa Sekar, kedua orang tuanya menangis, dan terus
menangis melihat keaadan anaknya, akupun tak kuasa melihat suasan di dalam
rumah itu.
Setelah ia terbangun ia melihat
aku, kedua orang tua dan pembantunya berada di sekelilingnya, iapun menangis,
setelah itu, ibu Sekar menyuruhnya agar istirahat, Sekar kemudian tertidur
setelah ia makan siang. Aku cium keningnya, lalu aku tinggalkan pergi menuju
kostku. Aku melihat handphoneku yang ketinggalan di meja makan, ibu
mengirimkanku sebuah pesan singkat melalui sms : Ibu sayang kamu dan bawalah
Sekar kerumah ibu setelah ia sembuh nanti. Setelah mandi sore aku kembali
kerumah Sekar, ternyata kekasihku masih tertidur, aku cium keningnya. Ya Allah
betapa dinginnya tubuh kekasihku. Kugengggam tangannya sedingin es. Aku
menjerit meangis ketika kusadari kekasihku telah pergi jauh meninggalkanku.
Kupeluk dia erat-erat. Wajahnya
yang seakan tersenyum padaku. Aku sungguh tak menyangka semua akan menjadi
seperti ini. Ya Allah mengapa orang yang aku cintai Engkau ambil secepat itu,
aku masih belum sanggup kehilanga kekasihku Tuhan. Tapi jika itu adalah
takdir-Mu dan itu yang terbaik untukku, akhu rela dan ridho Ya Allah, asalkan
engkau tetap bersamaku Ya Allah.
***
Hari Lebaran yakni 1 Syawal 1432
Hijriahpun di peringati oleh seluruh umat muslim sedunia, aku harus belajar
ikhlas dari semua masalah yang Allah berikan kepadaku di Bulan Ramadhan lalu.
Aku yakin itu adalah takdirku dan itulah yang terbaik untukku agar lebih dekat
kepada-Nya. Aku mulai merangkai kehidupanku yang baru J karna
ayah masih termasuk orang baru di rumah tahanan itu, aku dan ibuku melaksanakan
sholad ied di Rutan tempat ayah, agar ia tidak kesepian, mantan istri sekaligus
ibuku juga turut menemaniku. Suasana lebran begitu indah, dan memersatukan
seluruh hati yang dhulunya ersiteru dan panas membara membakar semua kebaikan.
Terima kasih atas cobaa-cobaan yang Engkau erikan kepadaku Ya Allah J itu
membuatku lebih kuat menjalani kehidupan ini, dan inilah jawaban atas do’aku
selama ini J
ANDI FEBRIANTY RAMADHANI
XI IPA 1
10013
SMA NEGERI 2 BARRU
Tidak ada komentar:
Posting Komentar